03 Januari 2020

Upacara Adat SIRAMAN: Doa, Sajen, dan Tata Caranya

Tags

adat jawa siraman pengantin

Siraman / mandi keramas merupakan upacara yang dimaksudkan untuk menyucikan calon pengantin.
Upacara siraman dilaksanakan sebelum hari pernikahan. Waktu yang dipergunakan untuk siraman antara jam 11.00 sampai 16.00 satu hari menjelang akad nikah.


Luluran


Sebelum dilakukan siraman, calon pengantin harus sudah dilakukan luluran 7 atau 3 hari sebelum hari siraman.

Bahan lulur terdiri dari:
Beras, pandan sedikit, daun kemuning, bunga kenanga, temu giring, temu glenyah, kencur sedikit, daun jeruk purut, ditambah bumbu lulur.

Bumbu lulur terdiri dari:
Klabet, waron, mesoyi, kayu manis, kayu cendana, dan kayu garu. Semua bahan ini ditumbuk dipipis satu persatu, lalu dicampur dan dipipis lagi sampai halus.

Lulur dipakai calon pengantin setiap hari. Dahulu, lulur ini dipakai 35 hari sebelumnya, tapi sekarang ini hanya dipakai 7 atau 3 hari sebelum siraman, sekaligus diadakan sangeran / dipingit 3 hari, tak diperbolehkan keluar rumah.
 

Sajen Siraman


Sebelum siraman dimulai, kita harus membuat sajen siraman beserta perlengkapannya. Yaitu:
  1. Air tawar yang diambil dari tujuh sumber mata air, ditaburi bunga telon (mawar, melati, kenanga)
  2. Dua buah kelapa gading yang diikat jadi satu, dimasukkan ke dalam jambangan berisi air bunga.
  3. Kosokan mandi: mangir
  4. Kendi berisi air wudlu, londo merang, air asam atau santan yang diberi jeruk purut. Untuk pengantin laki-laki menggunakan kendi lanangan (ada corongnya) sedangkan untuk pengantin perempuan menggunakan kendi polos tanpa corong.
  5. Dingklik / kursi tanpa sandaran yang dialasi kloso bongko, di atasnya diberi daun kluwih, daun alang-alang, daun opo-opo, daun dadap srep, daun nanas, serta kain putih setengah meter.
  6. Handuk, kain dan kebaya untuk ganti.

Tata Cara Siraman


  1. Calon pengantin mengenakan kain dan kemben. Corak kain batik yang digunakan bebas.
  2. Sebelum dilaksanakan siraman, terlebih dahulu calon pengantin sungkem kepada ayah dan ibu. Setelah itu diiring menuju tempat siraman.
  3. Calon pengantin duduk di tempat yang telah disediakan, di atas dingklik atau kursi yang telah diberi alas kloso dan daun-daun.
  4. Siraman. Orang yang memandikan berjumlah ganjil, 7 atau 9 orang.*)
  5. Setelah selesai siraman dengan air kembang, terakhir diguyur dengan air asam / santan yang telah diberi jeruk purut.
  6. Selanjutnya calon pengantin berwudhu dengan air dari dalam kendi, lalu kendi langsung dipecah seraya berkata "Calon pengantin wis pecah pamore".
  7. Rambut calon pengantin digunting sedikit.
  8. Calon pengantin dipakaikan handuk.
  9. Calon pengantin digendong dengan kain oleh ayah dan dibawa ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Hal ini melambangkan: ngentaske anak (mengentaskan anak). Cara menggendong secara simbolis: calon pengantin berjalan di belakang ayahnya sambil tangannya memegang pundak sang Ayah, diselempang dengan kain seperti hendak menggendong.
  10. Selesailah upacara siraman.

*) Urutan orang yang memandikan / menyiram adalah:
  1. Ayah : mengenakan kain corak "cakar", baju beskap landung, dan memakai destar
  2. Ibu : mengenakan kain corak "cakar" dan kebaya yang serasi dengan kain
  3. Embah
  4. Para pinisepuh, 3 atau 5 orang
  5. Juru rias / dukun manten.

Doa Pada Waktu Nyirami Calon Pengantin


"Bismillah, niat ingsun ngedusi temanten, ancik-ancik watu gilang, banyune banyu suci, ciduke pulung sari. Disirami tanggal siji kaya tanggal sepuluh, disirami tanggal sepuluh koyo tanggal patbelas. Piturunane bok dewi pertimah. Piturunane widodari seketi kurang siji. Entukno pangestu dewi Suprobo, tumuruno angalupo marang mbok pengantin. Tejo ono sangarepe simbar probo ono dadane mbok pengantin. Ngemumi cahyane priyantun sabawono. Angalupo marang mbok pengantin."
(Doa ini boleh diucapkan boleh tidak, menurut kepercayaan masing-masing. Begitu pula ada tirakat-tirakat yang dilakukan oleh juru rias, tak sembarang orang bisa mengetahui kecuali berguru langsung dengan dukun manten kuno).***

Blog tentang kecantikan, make up, fesyen, mode, dan budaya

22 komentar:

  1. Asyik ya kalo lihat ritual kawinan kayak gini
    Kearifan lokal banget, sekaligus penuh dgn nilai filosofi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak. Jika belajar budaya tradisional, sarat makna dan filosofinya.

      Hapus
  2. Budaya Indonesia sangat beragam, saya pun takjub membacanya, secara saya bukan orang jawa, jadinya baru tau secara detail

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Saya pun jatuh cinta dengan Indonesia melalui budaya

      Hapus
  3. Aku pernah lihat nih mba dr awal smp akhir waktu temen ku nikah ... Walaupun agak lama tapi tetep khitmad mengikuti smp akhir pnasaran soalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba.
      Saya senang masih banyak yang nguri-uri budaya satu ini, termasuk oleh para publik figur.

      Hapus
  4. Waktu itu pernah dengar teman kakak bahwa dia mau nikah ada acara siramannya. Cuma daku belum bisa ikutan saat itu, jadilah sampai sekarang belum bisa melihat secara langsung tradisi sebelum pernikahan itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pan kapan lihat langsung mba, filosofinya keren dan bikin merinding

      Hapus
  5. Suka sekali kalau hadir di acara siraman manten, jd terbawa suasana. Tp sekarang di kampung ibu ku sudah jarang ada acara siraman manten, maka nya sekali nya ada aku bela2in hadir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak.
      Banyak yang sudah melewatkan upacara siraman. Mungkin karena menurut agama tak wajib, hehe... Yang wajib memang akad nikahnya. Tapi filosofi yang terkandung di dalamnya sungguh dalam.

      Hapus
  6. Waduh dulu saya selengkap ini ga ya?
    Lupa :D. : D
    Yang pasti sempat luluran sendiri di rumah :D :D

    BalasHapus
  7. Beberapa hari lalu ikut menyaksikan upacara mandinya calon pengantin ini. Eh besok Senin juga akan ada sepupu yang mau dimandikan dengan adat juga. Yang bikin sedih selalu si itu saat melihat anak dilepas oleh orang tua nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, biasanya banjir tangisan saat sungkem.

      Hapus
  8. Baruuu aja kemarin tetangga depan rumah ngadain siraman dan akad nikah pagi tadi. Ternyata siraman nggak sekedar diguyur dan doa doa seperti yang saya kira karena cuma melihat di televisi saya seringnya. Ternyata sesakral itu. Indonesia memang kaya sekali akan budaya ya, termasuk budaya Jawa ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba.
      Ikut hadir juga kah di acara siramannya?

      Hapus
  9. Aku waktu nikahan malah gak pakai adat siraman, malu sih hahahaa.
    Tapi sering banget diundang ngikuti acara siraman, dan paling suka tuh pas moment beli dawet. Minuman kesukaan gini sampai kadang beli dua kali, maruk niy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok malu?
      Sekarang bagi yang berhijab, bisa tetap pakai kerudung dan kaos manset sebelum kain kemben, agar tetap tertutup. Jadi tak perlu malu.

      Ayo diqodho siramannya, hehe..

      Hapus
  10. Saya selalu suka melihat serangkaian adat kalau ada pernikahan, tetapi saya dulu nggak pakai acara siraman. Ya, maklum jawanya sudah nggak kental banget. Hehe. Kalau teman saya pakai, bahkan di acara 7 bulan kehamilan juga pakai siraman.

    Tata caranya apa sama ya, Mbak kalau tingkep sama nikah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, tingkepan atau 7 bulanan juga ada acara siraman.

      Hampir mirip. Pernah saya tulis juga di artikel lain.

      Hapus
  11. ini persiapan spiritual sebelum nikah ya mbak... pantes aja penganten kalau dilihat bercahaya dan bugar, walau hanya dimake up biasa aja ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sebelum nikah Mbah.
      Eh, betul mbah kan ini?

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.