Tedak Siten
Tedak siten adalah upacara adat jawa untuk anak balita yang berumur 7 sampai 1 tahun.
Dalam bahasa Jawa tedak atau tedhak artinya midek atau menginjak. Siten berasal dari kata siti yang artinya tanah. Tedak Siten sering juga disebut turun tanah. Dalam bahasa Jawa diartikan sebagai mudhun lemah.
Tedak siten artinya upacara saat pertama kali sang anak menginjakkan kaki di tanah.
Tedak siten masih kerap diselenggarakan baik di kalangan artis seperti pasangan Rafi Ahmad-Gigi dan Anang-Ashanty.
Baru-baru ini, Panji Trihatmodjo dan istrinya Varsha Strauss juga melaksanakan tedak siten untuk anaknya yang juga cucu dari Bambang Triatmodjo dan Mayangsari. Keluarga ini mendapat banyak pujian karena tetap melestarikan budaya Jawa. Tedak siten sendiri berasal dari Jawa Tengah khususnya Yogyakarta.
Perlengkapan dan Dekorasi Tedak Siten
- Tujuh (7) macam jadah, berwarna hitam, ungu, biru, hijau, merah, kuning, dan putih. Diletakkan dalam wadah terpisah.
- Tebu wulung, yaitu tebu dengan batang kayu berwarna ungu. Dibuat menjadi satu tangga dengan 7 anak tangga sekaligus, atau dapat pula berupa tangga segitiga dengan 3 anak tangga di sebelah kanan dan tiga anak tangga di sebelah kiri, serta satu anak tangga diatas puncaknya.
- Tanah dalam wadah
- Jajan pasar, yaitu makanan dan kue basah beraneka macam
- Tumpeng robyong, yaitu tumpeng dengan 7 macam lauk pauknya yang sudah dihias.
- Bunga setaman dalam jambangan berisi air untuk memandikan.
- Kurungan ayam yang cukup besar yang sudah dihias. Di dalamnya diisi berbagai macam mainan. Mainan-mainan tersebut nantinya akan mewakili suatu profesi dan bidang tertentu orang dewasa. Misalnya, mainan dokter-dokteran, mobil-mobilan, alat musik mainan, buku, dll.
- Ayam hidup kecil yang sudah diberi warna.
- Selain perlengkapan wajib di atas, dekorasi tedak siten disesuai dengan tempat, selera, dan kebutuhan yang punya hajat.
kurungan ayam dan tangga dari tebu wulung untuk perlengkapan tedak siten |
Tata Cara Lengkap Tedak Siten dan Filosofinya
Sebelum acara tedhak siten, anggota keluarga besar memasuki tempat acara.
a. Upacara dimulai dengan kedatangan keluarga inti, dengan urutan:
b. Keluarga inti duduk di kursi pelaminan.
Baca juga:
Upacara Adat SIRAMAN: Doa, Sajen, dan Tata Caranya
Upacara Adat Jawa Temu / Panggih Pinanganten
Mitoni atau Tingkepan, Serba Serbi dan Tata Cara
Tata Cara Upacara Adat Jawa TARAPAN
Tedak siten memiliki filosofi yang sangat dalam. Setiap tahapan acara turun tanah ini, melambangkan doa-doa dan harapan.
Secara sederhana, urutan dan susunan acara pelaksanaan dan tata cara tedak siten adalah sebagai berikut:
Sang Anak digendong ibu untuk sungkem kepada eyang kakung dan eyang putri dari pihak ibu terlebih dahulu, dilanjutkan sungkem kepada eyang kakung dan putri dari pihak ayah.
Filosofi : memohon doa restu dan kebaikan atas hidup Sang Anak.
Sang Anak dituntun untuk berjalan di atas 7 jadah / 7 warna, dimulai dari yang hitam (paling gelap) menuju putih (paling terang).
Filosofi : Upacara ini memberi simbol bahwa Sang Anak nantinya akan mendapat masalah yang berat lalu kemudian mendapatkan jalan keluar.
Urutan jadahnya adalah hitam, ungu, biru, hijau, merah, kuning, putih.
Filosofi: melambangkan harapan-harapan agar anak kelak mamiliki jiwa ksatria dan pejuang seperti arjuna.
Filosofi: melambangkan doa agar kelak anak berhasil meraih dan mendapatkan apa yang dicita-citakan.
Filosofi : walaupun kelak anak mencapai kesuksesan dalam hidupnya, namun kepribadiannya tetap rendah hati.
Filosofi: segala jalan hidup dan apa yang sedang diusahakan diharapkan selalu mendapat pertolongan dari Tuhan.
Sang Anak dimandikan dengan air kembang setaman lalu dipakaikan pakaian yang bagus.
Filosofi : agar anak tetap bersih hatinya dan juga bersih raganya. Demikian juga pakaiannya pun sedap dipandang mata.
Filosofi : orang tua memberi kebebasan kepada sang anak untuk menentukan jalan hidupnya tanpa intervensi. Tugas orang tua adalah membimbing dan mengarahkan, bukan memaksakan kehendak kepada anak.
Acara Tedak Siten telah berakhir, dan dilanjutkan dengan doa serta foto bersama keluarga besar. Setelah itu diadakan pemotongan tumpeng dan makan bersama-sama.
Jadah dalam acara tedak siten yang dimaksud adalah bubur jadah yang berwarna. Yang masing-masing warna melambangkan arti harapan dan doa yang berbeda-beda.
Demikian ulasan tentang Upacara Adat Jawa Tedak Siten. Semoga bermanfaat.***
- eyang kakung dan eyang putri dari pihak ayah
- eyang kakung dan eyang putri dari pihak ibu
- ayah dan ibu menggendong sang anak (pengantin tedak siten) yang masih memakai pakaian biasa.
b. Keluarga inti duduk di kursi pelaminan.
- Eyang kakung dan Putri dari pihak ibu duduk di sebelah kanan pelaminan.
- Eyang kakung dan Putri dari pihak ayah duduk di sebelah kiri pelaminan.
- Sedangkan ayah, ibu, dan sang anak duduk di kursi pengantin tengah.
Baca juga:
Upacara Adat SIRAMAN: Doa, Sajen, dan Tata Caranya
Upacara Adat Jawa Temu / Panggih Pinanganten
Mitoni atau Tingkepan, Serba Serbi dan Tata Cara
Tata Cara Upacara Adat Jawa TARAPAN
Tedak siten memiliki filosofi yang sangat dalam. Setiap tahapan acara turun tanah ini, melambangkan doa-doa dan harapan.
Secara sederhana, urutan dan susunan acara pelaksanaan dan tata cara tedak siten adalah sebagai berikut:
1. Sungkeman
Sang Anak digendong ibu untuk sungkem kepada eyang kakung dan eyang putri dari pihak ibu terlebih dahulu, dilanjutkan sungkem kepada eyang kakung dan putri dari pihak ayah.
Filosofi : memohon doa restu dan kebaikan atas hidup Sang Anak.
2. Meniti Jadah
Sang Anak dituntun untuk berjalan di atas 7 jadah / 7 warna, dimulai dari yang hitam (paling gelap) menuju putih (paling terang).
Filosofi : Upacara ini memberi simbol bahwa Sang Anak nantinya akan mendapat masalah yang berat lalu kemudian mendapatkan jalan keluar.
Urutan jadahnya adalah hitam, ungu, biru, hijau, merah, kuning, putih.
3. Menaiki dan Menuruni Tangga dari Tebu Wulung
- Anak bersama ayah dan ibu diajak menaiki tangga yang terbuat dari tebu wulung.
- Anak di tuntun menaiki anak tangga satu demi satu.
Filosofi: melambangkan harapan-harapan agar anak kelak mamiliki jiwa ksatria dan pejuang seperti arjuna.
- Ketika sampai ditangga paling atas, Sang Anak duduk sejenak.
Filosofi: melambangkan doa agar kelak anak berhasil meraih dan mendapatkan apa yang dicita-citakan.
- Kemudian anak dituntun kembali menuruni anak tangga ke bawah satu demi satu, dan diakhiri dengan menginjak tanah dalam wadah yang sudah disediakan.
Filosofi : walaupun kelak anak mencapai kesuksesan dalam hidupnya, namun kepribadiannya tetap rendah hati.
- Tangga yang terbuat dari batang tebu wulung ini memiliki 7 anak tangga (dalam bahasa jawa disebut PITU) yang melambangkan PITULUNG atau pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
Filosofi: segala jalan hidup dan apa yang sedang diusahakan diharapkan selalu mendapat pertolongan dari Tuhan.
4. Siraman
Sang Anak dimandikan dengan air kembang setaman lalu dipakaikan pakaian yang bagus.
Filosofi : agar anak tetap bersih hatinya dan juga bersih raganya. Demikian juga pakaiannya pun sedap dipandang mata.
5. Memilih mainan dalam kurungan ayam
- Setelah menapaki tangga tebu wulung, urutan selanjutnya kemudian Sang Anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang di dalamnya berisi aneka mainan.
- Biarkan anak memilih sendiri mainan yang disukainya.
Filosofi : orang tua memberi kebebasan kepada sang anak untuk menentukan jalan hidupnya tanpa intervensi. Tugas orang tua adalah membimbing dan mengarahkan, bukan memaksakan kehendak kepada anak.
6. Doa dan Foto Bersama
Acara Tedak Siten telah berakhir, dan dilanjutkan dengan doa serta foto bersama keluarga besar. Setelah itu diadakan pemotongan tumpeng dan makan bersama-sama.
jadah tujuh warna (sumber: gramho.com) |
Arti warna Jadah dalam Acara Tedak Siten
Jadah dalam acara tedak siten yang dimaksud adalah bubur jadah yang berwarna. Yang masing-masing warna melambangkan arti harapan dan doa yang berbeda-beda.
- Hitam : memiliki arti kecerdasan. Diharapkan Sang Anak dapat memiliki kecerdasan yang tinggi, cerdas dalam menghadapi apapun.
- Ungu : memiliki arti ketenangan. Diharapkan dimasa yang akan dating, Sang Anak dapat bersikap tenang dalam pengambilan keputusan.
- Biru : memiliki arti kesetiaan. Diharapkan Sang Anak menjadi orang yang setia.
- Hijau : memiliki arti kemakmuran. Diharapkan kelak Sang Anak memiliki kehidupan yang makmur sejahtera.
- Merah : memiliki arti keberanian. Diharapkan Sang Anak memiliki keberanian dalam menjalani kehidupannya kelak.
- Kuning : memiliki arti kekuatan. Diharapkan anak dapat memiliki kekuatan dalam hidupnya dan mencapai kejayaan.
- Putih : memiliki arti kesucian. Diharapkan Sang Anak memiliki kesucian hati kelak dikemudian hari.
Demikian ulasan tentang Upacara Adat Jawa Tedak Siten. Semoga bermanfaat.***
Waaaah....itu jadah warna-warni. Rasanya beda-beda juga nggak, Mi?
BalasHapusNgga Teh, sama saja rasanya
HapusUpacara adat Tedhak Siten ini kaya fillsofi ya, Mbak. Apakah masih banyak yabgymenjalankannya?
BalasHapusBanyak mbak.
HapusArtis-artis juga masih banyak yang melaksanakan acara tedhak siten, seperti Ashanti-Anang, dll
Jadi memahami dan mengerti filosofi Tedhak Siten. Terima kasih share nya ya mbak
BalasHapusSama-sama mbak
HapusIni acara beginian masih ada Mbak sampai sekarang? Baru tau aku. Sering sih denger orang ngadain among among kecil kecilan katanya karena anaknya "turun tanah" lha bayiku setiap hari turun tanah e, jadi aku agak kurang ngeh acara acara begituan.
BalasHapusMasih banyak sekali mbak.
HapusSearching hastag tedhak siten di Instagram banyak sekali.
Salah satu budaya Indonesia (Jawa) yang perlu dilestarikan.
Suami q org Jawa, d daerah nya msh ada yg pake adat tedhak Sitten. Jadsh nya bagus ya, warna warni ada arti nya rupa nya.
BalasHapusMbak, terima kasih sharingnya ya..ponakanku di Kediri masih dibikin upacara tedhak sinten ini. Sayang kedua anakku enggak karena ku enggak tahu acaranya. Mereka usia segitu yang sulung di Sumatera Utara yang bungsu saat di Amerika
BalasHapusWah padahal kalau dilestarikan bagus ini
Aku pernah dengar tradisi nujuh bulanan adat Jawa, eh..apa ketika anak sudah bisa berjalan ya..(agak lupa) tapi step-stepnya sama dengan yang dijabarkan dalam artikel ini
BalasHapusTapi saat ini sudah sangat jarang diadakan tradisi seperti ini
Anak saya yang pertama dibikinin acara tedhak siten ini tapi anak kedua enggak karena pas nggak tinggal di Indonesia. Acara ini banyak filosofinya ya ternyata. Kalau dulu mikirnya buat seru-seruan aja hehehe.
BalasHapusBaru tahu makna dan filosofinya selengkap ini, mbak. Menarik ya.. Orang jawa memang penuh dengan petuah2 yg bijaksana dalam memaknai hidup.
BalasHapus