05 Agustus 2022

Suka Duka Penyintas Anosmia

Penyebab Anosmia



Istilah Anosmia belakangan sering disebut oleh banyak orang. Konon, anosmia bisa jadi indikator seseorang terpapar virus corona. Sebenarnya, apa sih, anosmia itu?


Anosmia diartikan secara bebas sebagai kondisi seseorang yang tidak peka dalam menghidu bebauan. Syaraf dalam indra penciuman yang bertugas mengirimkan sinyal bebauan yang ditangkap lalu kemudian diterjemahkan oleh otak, tidak bekerja secara optimal. 


Karena syaraf tidak mengirim sinyal aroma secara optimal pada otak, maka otak pun tidak menerjemahkan aroma-aroma apapun pada orang dengan anosmia tersebut. Bisa jadi lambat, atau bahkan tidak sama sekali.


Dari beberapa sumber, penyebab anosmia adalah virus, seperti virus influenza dan yang beberapa waktu belakangan ini merebak yaitu corona virus. Penyebab lainnya adalah kerusakan syaraf setelah terjadi benturan. 


Pada kasus lainnya, anosmia juga bisa terjadi karena faktor genetik / keturunan. Dalam keluarga kami, saya termasuk penyintas anosmia yang disebabkan faktor genetik. 


Setidaknya ada tiga orang dalam keluarga besar kami yang merupakan penderita anosmia, termasuk saya. Faktor genetik ini pula yang membuat beberapa orang dalam keluarga kami menderita buta warna parsial dan buta warna total.



Anosmia, Berbahayakah?



Saat seseorang terkena anosmia, berbagai macam aroma dan bebauan, tidak akan dirasakan. Efek jangka pendek maupun jangka panjang sudah pasti ada. Efek ini bisa membahayakan atau bisa juga tidak.


Anosmia akibat terserang virus bisa sembuh dengan sendirinya. Pada anosmia yang diakibatkan benturan bisa disembuhkan dengan terapi. Namun, anosmia karena faktor genetik belum ada penelitian khusus mengenai pengobatannya.



Efek Saat Terkena Anosmia


Efek jangka pendek pada penderita anosmia, di antaranya,


1. Nafsu makan berkurang


Indera penciuman berkaitan erat dengan nafsu makan. Sensasi aroma pada makanan yang terhirup, merangsang otak untuk merasakannya lewat lidah. Lidah dan hidung seperti dua hal tak terpisahkan untuk menikmati makanan secara maksimal.


Contohnya seperti pada orang yang terserang flu, lidah seolah mati rasa karena hidung tidak dapat membaui aroma makanan. Makan pun terasa hambar.


2. Mood Berkurang


Tidak bisa dipungkiri, mood juga berhubungan dengan indera penciuman. Ketika seseorang mencium aroma wangi dan segar, suasana hati terbawa rasa senang dan ceria. Begitu pun sebaliknya.


Tak heran, bisnis parfum, cologne, deodoran, dan sejenisnya, tidak pernah sepi peminat. Aroma memang sangat mempengaruhi mood seseorang. Dari review berbagai produk dalam blog lifestyle pun, aroma produk sangat penting untuk diulas. 


Ketika seseorang terserang anosmia, aroma-aroma yang bisa membangkitkan mood bagus, tidak tercium sehingga mood bisa berkurang.


3. Tidak Mudah Mengingat Sesuatu atau Seseorang


Salah satu hal yang menakjubkan dari penciuman adalah seseorang dapat mengenali berbagai hal atau bermacam orang, hanya dari mencium aromanya. Bahkan, seseorang bisa menebak jenis kelamin orang lain dari bau badannya meski dengan mata tertutup.


Indera penciuman akan sangat peka terutama saat perempuan datang bulan. Oleh karena itu, perempuan dapat mengingat banyak hal dengan jelas ketika sedang menstruasi. Selain itu, mood mudah berubah-ubah karena aroma sehalus apapun bisa tercium dan mengganggu.


Sebaliknya, ketika sedang terserang anosmia, seseorang susah mengingat orang lain karena tidak mengenali aroma tubuhnya. Begitu pula saat terjadi momen yang melibatkan ingatan akan bebauan, maka ia sulit mengingatnya.



Anosmia Genetik


Pada keluarga kami, kami menderita anosmia karena faktor keturunan. Belum pernah sekalipun kami memeriksakan diri pada dokter karena selama ini kami tidak merasa terkendala dengan kelainan ini.


Berbeda dengan buta warna yang memang ada tes khusus untuk mengujinya, tes anosmia tidak ada. Kami hanya menyadari dengan sendirinya bahwa kami berbeda. Indera penciuman kami tidak se-peka orang lain.


Saya sendiri menyadari hal ini sejak kecil. Ketika teman-teman ribut mempermasalahkan bau apapun, saya jadi orang terakhir yang menyadari adanya bau tersebut.


Mungkin saya menderita anosmia parsial. Saya katakan mungkin karena belum pernah memeriksakan diri pada tenaga kesehatan. Bebauan bagi saya hanya tercium jika dihirup dari jarak sangat dekat dengan hidung. Atau ketika ada yang mengatakan suatu aroma tertentu, saya baru menyadari beberapa saat kemudian dengan menghisapnya perlahan.



Hal yang Perlu Diperhatikan 


Saat ada anggota keluarga yang terkena anosmia, terutama anosmia genetik yang tidak dapat disembuhkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.


1. Bagi penderita.


Hal pertama yang harus diperhatikan adalah menyadari bahwa saya anosmia. Oleh karena itu maka lakukan hal sebagai berikut:


1. Menjaga kebersihan badan dan tempat tinggal.

Karena penderita anosmia tidak peka terhadap bebauan, maka salah satu antisipasinya adalah dengan mencegah bau tak sedap yang bisa muncul dari badan dan tempat tinggal. Hal ini agar tidak mengganggu orang lain di sekitar kita.


2. Memilih pekerjaan yang tidak membutuhkan kepekaan penciuman.

Beberapa pekerjaan membutuhkan kepekaan penciuman tinggi, seperti barista, koki, peracik parfum, dll. Karena anosmia genetik tidak peka terhadap bebauan, sebaiknya pilih pekerjaan yang tidak membutuhkan kepekaan penciuman.


Saya sendiri menjadi MUA dan tailor karena dua pekerjaan ini tidak membutuhkan kepekaan penciuman. Keahlian tangan sangat menentukan. Sepanjang kebersihan diri dijaga, selama ini saya tidak mengalami kendala dalam bekerja.


3. Menghindari aktifitas yang membahayakan akibat kurangnya daya hidu. 

Satu aktifitas yang tidak berani saya lakukan sampai hari ini adalah memasang regulator gas. Alasannya tentu karena saya hanya dapat mencium bau gas dari jarak sangat dekat. Saya khawatir jika regulator tidak terpasang sempurna dan menimbulkan bocor halus, saya tidak dapat menciumnya.


4. Melatih kepekaan daya ingat.

Karena mengingat seseorang dengan aroma sulit dilakukan, saya melatih diri mengingat orang dengan tanda-tanda fisik khas yang terlihat. Seperti tahi lalat, bentuk mata, warna rambut, dll. Selain itu saya juga mengingat orang dari suara, gaya berjalan, gaya berpakaian, dll.


Kurang peka terhadap bebauan, membuat saya lebih peka dalam mengingat sesuatu dari suara yang didengar, mengingat sesuatu dari tempat, hari, tahun, bahkan cuaca saat kejadian, akan tetap diingat.


5. Membangun mood dari dalam.

Mood saya tidak terpengaruh aroma. Saya akan termotivasi dan bersemangat melakukan 

Hal lain yang saya hindari adalah memilih parfum. Saya selalu meminta bantuan suami untuk memilihkan parfum maupun pewangi pakaian. Biasanya dia akan memilihkan beberapa varian, lalu saya coba satu persatu. Saya akan memilih parfum yang soft, aromanya tidak terlalu kuat / tidak menyengat.


6. Menjaga nafsu makan.


Meski indera penciuman tidak peka, saya tidak mengalami masalah dengan nafsu makan. Saya tetap bisa menikmati makanan dengan lezat.


Salah satu cara agar nafsu makan tetap terjaga ialah dengan membaca review dari penikmat makanan. Saya membayangkan lidah saya mengecap makanan lezat itu, lalu mencobanya sendiri saat ada kesempatan. 


Seperti review tentang kimbap enak di Malang ini, tanpa menghidu aromanya saja saya langsung pengin mencoba.



2. Bagi orang di sekitar penyintas

Bagi orang-orang di sekeliling penyintas anosmia, ada juga beberapa hal yang perlu dilakukan, seperti,


1. Membantu penyintas melakukan aktifitas yang bisa membahayakan.

Suami, kakak, bapak, ibu, dan saudara-saudara saya sudah tahu jika saya anosmia parsial dan siap membantu. Contohnya ketika gas habis, mereka akan membantu memasangkan regulator gas.


2. Tidak merendahkan/membuli.

Bagi penyintas, anosmia bukanlah keinginannya. Anosmia, apalagi karena faktor genetik terjadi karena takdir Tuhan. Jadi, sangat tidak layak jika orang direndahkan karena kekurangannya tersebut karena setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan.


3. Tidak menjerumuskan.

Beberapa aroma bisa sangat tidak sedap dan mengganggu. Aroma makanan yang baru saja dimakan, seperti petai, jengkol, durian, bahkan sea food yang lezat, bisa mengganggu orang lain yang menciumnya. Karena itu, jika mengetahui teman atau orang di lingkungan ada penderita anosmia, sebaiknya diberitahukan tentang bau tersebut. Jangan karena tidak enak hati lalu didiamkan yang berakibat penyintas dijauhi orang sekitar.


Demikian pengalaman saya selama menjadi penyintas anosmia. Ada suka ada duka, pastinya. 


Sukanya karena apapun mood dan aktifitas saya tidak terlalu bergantung pada hal lain di luar diri saya, seperti mood dan nafsu makan yang tidak mudah terganggu oleh bebauan. 


Dukanya karena tidak segera mampu menikmati keindahan ciptaan Tuhan seperti wewangian bunga dan berbagai macam aroma alam. Saya harus menciumnya dari jarak dekat sekali agar bisa merasakan sensasi dari aneka bebauan.


Selama ini tidak ada orang yang membuli saya karena anosmia. Saya hidup seperti orang normal pada umumnya dan hampir tidak ada yang menyadari kekurangpekaan saya terhadap bebauan. Saudara dekat yang mengetahui, kadang membuat candaan ringan tentang buta-bau ini, tapi saya tidak mempermasalahkannya.


Apapun itu, saya selalu bersyukur dengan apapun yang diberikan Tuhan. Jika Tuhan berkehendak, amat mudah menjadikan saya sempurna dalam segala hal. Namun, sebab kesempurnaan hanya milikNya, maka dengan ketidaksempurnaan inilah saya bisa selalu mengingat Sang Maha Sempurna.***

Blog tentang kecantikan, make up, fesyen, mode, dan budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.