02 Maret 2020

Menulis untuk Tetap Waras

 writing to self healing

Orang bilang, kalau sedih ya nangis saja.
Kalau lelah istirahat secukupnya.
Kalau marah keluarkan sewajarnya.
Kalau kangen ya ketemu.
Kalau sayang tinggal bilang sama orangnya.
Masih banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan dan memerlukan banyak energi.

Kenyataanya, praktek kadang tak sesuai dengan teori.

Ada banyak kesedihan yang tak cukup terobati dengan menangis. Mungkin ada luka hati yang berlarut-larut dan tertancap terlalu dalam hingga sulit dilupakan. Ibaratnya, tangis darah pun tak cukup mengobati luka hati. Mana ada tangis darah di dunia nyata?

Dan lelah seperti apa yang bisa hilang hanya dengan beristirahat? Kadang fisik bisa menipu. Seperti senyum seorang ibu yang begitu sumringah di depan anak-anak sementara jiwanya lelah luar biasa.

Begitu pula dengan kemarahan.  Tak semua kemarahan bisa dikeluarkan dengan mudah. Menimbang kerugian yang bisa timbul, seringkali kemarahan hanya bisa dipendam dalam-dalam. Menumpuk, menunggu saatnya meledak.

Tentang kangen. Entah mengapa Tuhan menciptakan satu rasa itu. Keinginan untuk bertemu dan terus terhubung dengan seseorang yang begitu menggebu. Namun, ada rasa kangen yang harus dibunuh agar hidup ini tetap berjalan sesuai koridor sebagaimana mestinya.

Bagi yang pernah mendengarkan lagu-lagu Didi Kempot dan mengerti liriknya, harus mengakui bahwa perkara seperti sayang dan kangen tak bisa dibilang sederhana. Hampir semua lagu Didi Kempot bertemakan patah hati. Cocok bagi yang memendam rasa sayang tapi tak mungkin tersampaikan.

Ya, move on memang tak semudah membalik telapak tangan.

Pada akhirnya, nasihat dari Gus Mus lah yang paling cocok : jalani hidup ini dengan prinsip sak madyo. Sak madyo artinya pertengahan, tak terlalu serius namun juga tak terlalu abai.

Bisa disimpulkan hidup sak madyo adalah menempatkan persoalan hidup sesuai porsinya saja. Tidak berlebihan.

Meski lagi-lagi: praktek tak pernah sesederhana teori.
Ah ..., terserah Tuhan saja bagaimana kehendakNya.***


Blog tentang kecantikan, make up, fesyen, mode, dan budaya

13 komentar:

  1. santai tapi serius.. alon alon asal klakon. itu sip banget lah

    BalasHapus
  2. Kalau saya lebih memilih menjalani hidup seperti Albert Camus. Hidup tanpa tantangan, tak layak dijalani. Keep strong ya :))

    BalasHapus
  3. Sak madyo itu ukurannya apa? Pasti sulit untuk dijelaskan
    Wah kalau saya mah, soal nangis sudah terbiasa. Biasanya dipertiga malam saya nangis.
    Soak kangen, ih jangan tanya itu. Ambyar rasanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama seperti ukuran baju, beda-beda tiap orang.

      Sak madyo bagi pak presiden ya pasti beda dengan sak madyo versi saya. Pastinya sesuai dengan tanggung jawabnya.

      :((

      Hapus
  4. Nikmati hidup dengan senyum dan keikhlasan...Meski terkadang hal itu berat untuk dijalankan. Karena kehidup selalu ada pasang surutnya. Senyumin saja sih katanya..🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya.
      Nikmat Tuhan manakah yang kudustakan ....

      Hapus
  5. wah dari judul saya beranggapan bagus untuk obat mereka yang gila atau stress ni, keren pembuatan judulnya, bisa ni ditiru, salam kenal ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Writing is healing, pernah denger kan ya?
      Hehe ... saya kalau galau mending nulis . Lumayan enakan meski tetep aja galau :>

      Hapus
  6. Memang sih luka hati itu tidak gampang diobati, apalagi kalo tiap hari ketemu mantan karena satu tempat kerjanya. Akhirnya pilihan terbaik cari gantinya.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, pengalaman pribadi ya ^.^

      Hapus
    2. Iya, pengalaman pribadi yang nulis..😄

      Hapus
    3. Meski cari ganti yang lebih baik juga ga mudah :(

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.