13 Oktober 2019

6 Manfaat Memelihara Kucing Bagi Anak-anak


Memelihara kucing, ternyata banyak manfaatnya. Meski tak bisa diandalkan untuk berburu tikus-tikus di rumah seperti dulu, kucing tetap punya banyak kelebihan.

Kami memelihara kucing kampung di rumah. Awalnya karena kasihan melihat seekor kucing kecil dan induknya yang nampak hamil besar, luntang lantung mencari makan dari rumah ke rumah. Kucing kecil ini kemudian kami namai Arrioggy, atau lebih sering dipanggil Oggy saja. 

Mungkin karena bawaan orok si dede kucing dalam perut, selama hamil, Mama Kucing sering mengabaikan Oggy. Mama Oggy lebih sering jalan-jalan entah ke mana. Makanpun sering terlewat. Akhirnya, Oggy yang masih sangat kecil lebih banyak bermain dengan kami.

Bulan lalu Mama Oggy melahirkan empat bayi kucing. Keempatnya memiliki warna bulu yang berbeda. Mungkin karena Mama kucing belang tiga: kuning, hitam, dan putih, satu lagi warna bapa abu-abu. Atau mungkin diambil dari warna bulu bapa kucing yang berbeda-beda pula, entahlah.

Semenjak Oggy dan keluarganya tinggal bersama kami, saya merasakan banyak manfaatnya bagi anak-anak. Di bawah ini saya tuliskan enam manfaat memelihara kucing bagi anak-anak yang sudah saya rasakan.

1. Menumbuhkan kasih sayang


Bukan hanya manusia, kucing pun makhluk ciptaan Tuhan yang membutuhkan kasih dan sayang. Melihat muka Oggy yang imut, tubuhnya yang mungil dan kurus ketika baru dipelihara, anak-anak spontan berkata: "Lucu kucingnya, Mih. Kasihan, kita pelihara ya?" Dan melihat kesungguhan mereka merawat Oggy, saya bisa melihat kasih sayang mereka pada sesama makhluk Tuhan tumbuh secara alami.
Memelihara kucing cocok untuk anak perempuan dan laki-laki. Bagi anak perempuan, rasa keibuannya muncul dengan memelihara kucing. Bagi anak laki-laki, rasa kasih sayangnya pun tumbuh tanpa membuatnya menjadi 'feminin'.

2. Merangsang empati


Empati tidak tumbuh secara instan. Zaman sekarang melihat postingan di media sosial sangat terlihat empati orang-orang kepada sesama makin berkurang. Banyak orang mencibir, mengolok, merisak, menyiksa orang lain baik verbal maupun nonverbal. Tidak ada rasa kemanusiaan dan empati. Tidak berpikir panjang atau berusaha memahami bagaimana jika seandainya musibah yang sama menimpa diri ini.

Nah, dengan memelihara kucing, terlihat sekali empati anak-anak menjadi terangsang. Anak-anak selalu berusaha membuat Oggy dan keluarga senang dan betah tinggal di rumah.
Anak-anak sering merasa kasihan jika melihat hewan disiksa oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Kesempatan ini saya gunakan untuk mengajarkan arti penting empati. "Nak, kucing juga makhluk Tuhan. Ia juga bisa sakit. Perbuatan orang itu menyiksa kucing tidak benar. Kita tidak boleh melakukan hal seperti itu pada semua makhluk Tuhan, baik manusia maupun hewan-hewan."

3. Melatih problem solving


Jujur, saya tidak suka ada hewan berkeliaran di dalam rumah saat malam hari. Maka, anak-anak memfasilitasi tempat tinggal yang hangat untuk Oggy dan keluarga di teras. Mereka bilang: "Oggy kamarnya di sini ya, di sini hangat kok kalau malam. Ummi ngga akan marah kalau kamu ingin jalan-jalan, tapi di luar saja jalan-jalannya."

Hmm... bisa juga anak-anak ini memecahkan masalah. Mereka memecahkan masalah saya yang tidak suka kucing berada di dalam rumah saat malam, juga masalah tempat tinggal bagi keluarga kucing itu untuk tinggal.

Dulu, Oggy suka pipis dan pup sembarangan. Saya katakan pada anak-anak: "Oggy harus dibiasakan buang air di tempat khusus, baru boleh dipelihara." Anak-anak pun mulai melatih Ogyy buang air di tempatnya.

4. Memberi rasa tanggung jawab


Saya punya banyak sekali pekerjaan dan tak selalu bisa memperhatikan semua kebutuhan hidup Oggy dan keluarga kucing ini. Jadi, tanggung jawab memenuhi semua kebutuhan hewan peliharaan dibebankan pada anak-anak. Mereka melakukannya dengan senang hati.

Oh ya, anak saya berumur 13 tahun dan 9 tahun. Mereka bahu membahu mengurus Oggy sekeluarga. Mulai dari soal makanan, kebersihan tempat tinggal, kebersihan badan, sampai kebutuhan batin. Oggy sekeluarga kerap diajak berjalan-jalan atau sekedar bermain dalam rumah. Selesai bermain, semua perangkat dan mainan yang digunakan langsung dibereskan kembali. Tentu, mereka tidak ingin disalahkan Ummi-nya jika rumah menjadi kotor dan berantakan gara-gara kucing, haha!
Rasa tanggung jawab anak-anak juga dibuktikan dengan menyisihkan uang saku untuk membeli makanan kucing. Saya tidak menganggarkan pos uang tambahan untuk kebutuhan makan Oggy dan keluarga. Anak-anak rela berhemat agar bisa membeli makanan untuk kucing.

5. Menghadirkan kebahagiaan tanpa gadget


Saya membatasi penggunaan gadget pada anak-anak. Satu hari jatah mereka hanya satu jam saja. Selebihnya, mereka mencari-cari jenis permainan lain.

Nah, karena kucing ini hewan yang sangat manis dan lucu, mudah dilatih dan merespon permainan. Anak-anak sangat senang bermain-main dan bersenang-senang dengan Oggy. Mereka tak bosan tinggal di dalam rumah sepanjang hari tanpa gadget. Ada saja permainan yang diciptakan dengan mainan dan benda-benda di sekitar untuk bermain bersama kucing.

6. Mengajarkan siklus hidup makhluk hidup


Oggy memang sudah menjadi bagian dan anggota keluarga kami. Akhir bulan lalu, nasib naas menimpa Oggy. Sebuah sepeda motor yang sedang melintas, tanpa sengaja melindas tepat di bagian rahang Oggy yang mungil. Tragisnya, kejadian ini terjadi di depan mata anak-anak saat hendak bersiap berangkat sekolah.

Kedua anak saya menangis sedih menyaksikan kucing kesayangannya menemui ajal pelan-pelan. Saya memeluk Oggy dengan ceceran darah yang terus menetes dari mulutnya, membuat saya pun tak kuasa menahan air mata.

Kami menguburkan Oggy di bawah pohon durian di kebun terdekat agar bisa mengunjunginya sewaktu-waktu. Untunglah Mama Oggy masih punya empat bayi yang bisa menjadi pelipur duka dan lara karena kehilangan Oggy. Hari ini umur bayi kucing menginjak satu setengah bulan. Bayi-bayi ini belum bisa melompati kardus tempat mereka tinggal. Mereka hanya tidur dan menyusu sepanjang hari. Begitulah makhluk hidup, lahir, besar, lalu mati.

Kematian Oggy, menjadi pelajaran. Saya sampaikan pada anak-anak bahwa setiap makhluk hidup itu akan mati. Tak peduli berapapun umurnya, jika Tuhan menakdirkan mati, maka ia akan mati. Hewan saja akan dicintai dan dikenang selama hidup dan kematiannya jika berbuat baik, apalagi manusia.

Saya katakan pula pada anak-anak, kita harus terus berbuat baik sebab kita tak pernah tahu berapa umur kita. Orang-orang besar akan dikenang jasa dan kebaikannya. Nama mereka lebih panjang umurnya dibanding dengan usia hidupnya.


Nah, itulah enam manfaat memelihara kucing bagi anak-anak yang perlu kita tahu sebagai orang tua. Ada juga kah yang memelihara kucing di rumah? Atau tidak mau memelihara kucing karena alergi atau alasan lainnya? Saya tunggu share pengalamannya di kolom komentar ya.***

Blog tentang kecantikan, make up, fesyen, mode, dan budaya

22 komentar:

  1. Wah, memang memelihara hewan itu melatih tanggung jawab ya.

    BalasHapus
  2. Nah, ini seru amat ya, tentang memelihara si meong. Aku waktu SD dan SMP dulu punya 16 ekor kucing kampung. Bagus2 dan bersih semua pake dimandiin segala dan dibajuin. Kalau ada yang mati, dikubur tru didoain kayak manusia aja. Mengajarkan kasih sayang, empati, tulus buat hewan itu penting buat anak2 dan kita semua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Apalagi di zaman apa kata netijen paling benar, empati harus ditumbuhkan n dilatih sejak dalam keluarga.

      Hapus
  3. Tapi kayaknya keenam manfaat itu ga cuma kita dapet dengn memelihara kucing. Dengan memelihara hewan lain juga kita bisa mendapat manfaat itu. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul.
      Ada yang menyukai anjing, ada yang memelihara kelinci, burung, ikan, dll.

      Kebetulan kami hanya memelihara kucing.

      Hapus
  4. Bener banget Mba, banyak banget ya manfaat memelihara binatang ini pada anak dan bagusnya binatangnya divaksin juga ya biar makin tenang juga 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kami harus agendakan juga vaksinasi dalam waktu dekat.

      Hapus
  5. Artikel yang bermanfaat. Sebenarnya memelihara hewan peliharaan kucing juga sebagai terapi yang ampuh jika sedang stres dan depressi. Ada unsur olahraganya juga seperti memandikan kucing, bermain dengan kucing. Mampir ke blog saya, kebetulan baru saja bahas kucing yang pemilih terhadap makanan. Thx

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, relate sepertinya. Kuging-kucing saya lumayan pemilih soal makanan.

      Otewe TKP

      Hapus
  6. Menumbuhkan rasa kasih sayang, memperlembut perasaan.
    Saya senang sama kucing, tapi alergi dengan bulunya. Dan malas membersihkan kotorannya.
    Tapi saya sering memberikan makanan kucing, kadang dari pasar beli ikan banyak untuk kucing. Kucing liar yang sering nongol dirumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya.
      Bagi mereka yang tak mau memelihara, paling tidak jangan menyiksa.
      Di twitter pernah lihat ada yang memanah kucing tepat di mata. Ada juga yang menyiram dengan air mendidih. Yang terbaru ada yang meminumkan ciu pada kucing anggora sampai tewas.
      Kejam sekali :(

      Hapus
  7. gambarnya mirip kucing saya yang saya berinama kembang asem

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya? Itu foto Oggy seminggu sebelum meninggal 30 September lalu.

      Umurnya masih sangat muda, 4 bulan. Lagi lucu-lucunya. Hiks!

      Hapus
  8. Anak saya dari bayi suka banget sama kucing. Kepikiran sih mau pelihara tapi nunggu di SD aja kali ya biar lebih paham dan bisa bertanggung jawab. Kalau saya sendiri aslinya takut kucing, takut dicakar, hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. SD sudah bisa diserahi tanggung jawab merawat hewan peliharaan. Meski dalam prakteknya, kita-kita juga yang akhirnya paling banyak ngurus. Hehe.

      Hapus
  9. Memang memelihara binatang bagus untuk anak kecil. Tapi jujur saja, saya agak kurang suka anak saya memegang kucing, terutama kucing kampung. Kadang kotor...

    BalasHapus
  10. Woooww.. Maafkeeeun. Kami sekeluarga takut kuciiing 😀😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha! Its okey!
      Pelihara ikan saja kalau begitu :)

      Hapus
  11. Merinding pas baca si Oggy kelindas. Tapi saya salut sama anaknya mba udah telaten banget ngurus Oggy dan keluarganya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya anak-anak saya pun trauma. Mereka jadi sangat posesif dengan bayi-bayi adiknya Oggy.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.