23 Maret 2020

Kelas Menulis Artikel

Tags

Ngakunya, saya tuh seorang penulis. Nulis, nulis, nulis setiap hari sudah jadi hobi saya. Ya nulis status fb, nulis di blog ini, nulis ini itu di mana-mana. Ngakunya lagi sih, nulis artikel. Tapi ... apa iya, semua tulisan bisa disebut artikel?

Bisa dibilang, saya tuh setiap membuat tulisan ya, hanya sekedar menulis saja. Tak ada struktur khusus yang membuat tulisan-tulisan saya di blog bisa dikategorikan sebagai artikel.

Nah, kebetulan di grup Perempuan Menulis ada kelas menulis artikel dari Mas Rianto bulan lalu. Atas seizin Mas Rio, saya pun menyalin materi dari beliau ke dalam tuisan ini.

Di bawah ini selanjutnya adalah pemaparan materi dari mas Rianto tentang menulis artikel yang saya salin utuh dengan sedikit peng-edit-an.


cara menulis artikel perempuan menulis

____

Artikel 


Artikel sejatinya adalah tulisan tentang ide, fakta, argumen, atau hasil penelitian. Bisa berasal dari pengalaman diri sendiri, orang lain, atau fakta lain di luar keduanya.

Apa yang sebaiknya kita tulis? Saya sarankan tulislah apa yang kita tahu, kita dalami, dan yang kita ingin tahu.

Ini bisa jadi patokan awal kita menulis artikel. Jika tema yang kita pilih masuk pada tiga hal di atas, maka itu lebih baik.

# Tulis apa yang kita tahu. Misal: Bagaimana memasang tabung gas dengan aman, pengaruh harga cabe pada anggaran kosmetik, atau hal yang berdekatan dengan kita.

# Yang kita dalami, bisa berkaitan dengan keseharian/pekerjaan/pendidikan kita.

Misal:
  • Seorang ibu rumah tangga meneliti berapa besar pengaruh waktu bermain ayah-anak terhadap perkembangan mental anak.
  • Seorang guru menuliskan cara terbaik mengajarkan matematika.
  • Seorang manager menulis tentang cara mengatur ratusan karyawan.
# Hal yang kita ingin tahu: bisa apa saja. Boleh siapa saja yang menulis. Tentu saja ada tahapan yang harus dipenuhi.

Apa itu?

Tahapan Menulis Artikel


Tahapan menulis artikel dan apa saja yang harus ada dalam sebuah artikel jika ingin menulis artikel berkualitas?
  1. Penentuan ide
  2. Pengumpulan data
  3. Pembukaan/opening
  4. Analisa Sistematis
  5. Kesimpulan.
Saya biasa mengingatnya dengan IDOAK. Saya loh ya.

Kita bahas poin pertama:

1. Penentuan Ide


Ide boleh jadi "kesadaran awal" penulis untuk mengangkat suatu hal. Kemunculannya mirip-mirip wangsit (jawa). Saat kita berpikir dia ngumpet, saat kita nongkrong di kamar mandi, dia nongol. Idenya.

Biasanya isi ide adalah pokok permasalahan atau pokok hal tentang apa yang akan kita teliti dan tulis.

Bedanya apa pokok permasalahan dan pokok hal?

Pokok hal biasanya tidak terkait pada satu masalah. Artikel ini bisa ditulis sepanjang waktu tanpa dikaitkan pada satu peristiwa. Biasanya isinya pengetahuan atau motivasi.

Misal tulisan tentang pemulihan jiwa, tulisan bagaimana cara (how to), atau kesehatan mental.
Bagaimana menyambut bulan Ramadhan, mencapai shalat khusyuk, dan bahasan lainnya.

Berbeda dengan pokok hal, pokok permasalahan sangat berkaitan dengan satu peristiwa/isu yang sedang hangat.

Ide satu ini harus aktual, greget, penting, memantik rasa ingin tahu pembaca.(Poin terakhir sangat tergantung penulis dalam menyajikannya).

Misal saja saat ini sedang hangat tentang virus Corona, pemulangan WNI eks ISIS, rencana pemerintah mencabut subsidi gas 3 kg, juga Isyana menikah.

Semuanya bisa jadi artikel yang menarik jika penyajiannya juga menggugah selera.

Jika menulis untuk media cetak/media online, perhatikan betul tentang aktualisasi artikel. Media biasanya menerbitkan artikel secara harian, mingguan, atau bulanan.

Jika ingin mengirim sebuah artikel, perhitungkan juga waktu seleksi, pembuatan lay out dan hal lainnya. Jadi jangan kirim terlalu mepet. Nanti medianya ilfeel. Dikiranya wanita yang agresif. Hehe ....


2. Data


Usahakan sumber, isi, dan waktu data kuat. Bisa dipertanggungjawabkan dari asal dan isinya.

Jangan ambil data dari katanya, konon, atau ... dari sebuah penelitian ..., ... penemuan seorang dokter di Australia ..., dsb. Ini lebih mirip kabar hoax nantinya.

Urutan yang baik sebagai sumber data: buku, jurnal ilmiah, media massa, media online.Media online juga harus diteliti apakah dia ilmiah atau hanya menyajikan propaganda/doktrin.


Salah satu cara paling mudah saat menyusun artikel adalah mengambil dasar pernyataan tokoh yang sesuai. 
  • Misal peristiwa yang mirip-mirip pernah terjadi di masa lalu, kita bisa ambil pemikiran tokoh di masa itu sebagai dasar.
  • Misal kita akan membahas tentang ekonomi, kita bisa baca buku Rhenald Kasali, Kwik Kian Gie, Robert Kiyosaki, dsb
  • Kita mau menyusun artikel pengembangan diri, kita bisa baca buku Malcolm Gladwell, Rhonda Byrne, Dewa Eka Prayoga, dsb.
  • Jika kita menyusun tentang cinta dan cara mencintai, bisa ambil karya Kahlil Gibran, Erich Fromm, atau Ibnu Qayyim Al Jauziyah, dsb.
  • Kita susun tentang Khilafah Islamiyah bisa mengutip Abdul Razzak, Ibnu Taimiyyah, Yasser Auda, atau Abul A'la al-Maududi.
Begitu juga saat menyusun artikel lainnya.


Hanya jika kita menyusun artikel tentang kehidupan yang dibalut kemiskinan agak susah mencari contoh.

Saya pernah mengalaminya saat menyusun artikel tentang stunting. Banyak tokoh yang bicara kemiskinan, tapi dia tak pernah mengalaminya. Jadi isi pemikirannya lebih ke filsafat kehidupan.

Oh iya, kita bisa kumpulkan data primer dan data sekunder. Data yang valid bisa dikhususkan pada data primer. Data pendukung hanya sebagai pelengkap.

Tentang data saya pesan dua hal:

1. Masukkan data yang dibutuhkan saja.

Jadi tidak semua data kita masukkan ke dalam artikel ya.

2. Jangan pernah memelintir data. Mengotak-atik agar data yang tadinya berlawanan, menjadi data yang mendukung pendapat kita. Jangan ya.


3. Pembukaan/opening


Ibarat theme song anime, pembukaan harus menghentak dan menarik pembaca.

Ada banyak cara untuk membuka sebuah artikel dan ini ditentukan jenis artikel yang kita tulis.

Secara umum ada tiga cara dalam pembukaan.
- Kutipan
- Pertanyaan
- Provokasi

> Kutipan:

Kebanyakan keluarga miskin membelanjakan uangnya untuk membeli rokok lebih dari anggaran untuk membeli telur dan daging. Begitulah data riset terbaru yang dikeluarkan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (2019)...

Jadi contoh ini mengutip data dari BKF Kementerian Keuangan. Berdasar data.


> Pertanyaan:

Tahukah Anda berapa juta anak Indonesia pada 2019 yang mengalami gizi buruk dan stunting?
Gizi buruk karena ayah mereka lebih memilih membeli rokok dibanding daging dan telur sebagai sumber protein keluarga.

Pertanyaan biasanya digunakan untuk memancing keingintahuan pembaca. Usahakan gunakan pertanyaan yang banyak dari pembaca yang tidak tahu. Caranya? Data.


> Provokasi:

Apakah Anda akan tetap diam saat tahu bahwa asap rokok menjadi penyebab pemanasan global nomor satu selain gas emisi kendaraan bermotor? Penyakit yang disebabkan oleh rokok juga meningkat secara global dari 32,8 % menjadi 33,8 % dalam kurun satu tahun? Hatus berapa generasi rusak karena kecanduan nikotin?!


Provokasi biasanya digunakan untuk bahasan yang sedikit menimbulkan polemik. Bahasan yang banyak orang sudah tahu, tapi cuek bin dingin.

Jadi semacam: sudah lama jalan, sering ke rumah, tapi nggak tahu "kita ini apa". Hehe ....


4. Analisa Sistematis


Penyajian artikel selain mengungkapkan ide juga biasanya mengajukan pendapat kita. Jadi kita harus menggiring pembaca ke kesimpulan yang kita mau.

- Poin yang disajikan
Apa yang kita bahas dan apa yang menjadi masalah bagi pembaca

- Kutip teori/pendapat
Saya ungkapkan di atas sebagai jalan paling mudah. Pendapat kita boleh jadi tidak terlalu diperhatikan karena belum ada nama. Tapi tokoh tertentu jelas punya pengaruhnya.

- Data pokok sebagai inti, data sekunder sebagai pelengkap.

Hal ini cukup jelas. Tampilkan data yang mendukung saja. Tidak harus semua data masuk. Kecuali artikel yang ditulis adalah artikel ilmiah.

- Pendapat pribadi
Masukkan inter subyektif kita. Keresahan kita dan solusi/ide yang ingin kita sampaikan kepada pembaca. Jadi seperti "numpang" pendapat tokoh tadi.

- Kesimpulan

Tegaskan inti dari analisa kita. Ini bisa terhubung pada ide awal yang kita sampaikan. Bisa juga menjadi jawaban dari pembukaan kita.


5. Kesimpulan


Kesimpulan sebagai penegasan ide, gagasan atau prediksi kita akan suatu bahasan.

Ini menjadi penutup dari artikel kita.
Apakah harus ditutup dengan ide kita?

Tidak.

Kita bisa menggunakan quote keren tokoh lain yang sesuai dengan kesimpulan kita. Jangan lupa cantumkan nama pencetus quotenya.

Kita juga bisa tutup dengan prediksi kita akan suatu pembahasan. Misal jika subsidi dicabut maka...
Jika nikah harus resepsi besar maka...

Kesimpulan juga bisa berisi usulan kebijakan bagi suatu badan atau lembaga.


TIPS 

Saya selalu menggunakan jurus ini dalam menulis artikel. Ini bisa gunakan jika mau dan dianggap sesuai. Jika jurus ini malah membingungkan, buang jauh-jauh dan jangan gunakan.

Susun artikel teman-teman dengan cara ini:
  1. Dorong cita-citanya
  2. Memaklumi kegagalannya
  3. Singkirkan ketakutannya
  4. Benarkan kecurigaannya
  5. Bantu mereka melempari musuhnya.


Membuat artikel memang perlu latihan. Apa yang kita pelajari akan "hilang" saat akan praktek awal. Latihanlah yang membuatnya masuk dalam tulisan kita.

Jadi pesan saya: praktek, praktek, praktek.



Pertanyaan:
1.  Adakah tips khusus untuk membuat artikel yang bisa dibaca sepanjang masa?

Jawab:
Ada Kak.
Artikel pengembangan diri, how to, dan kesehatan mental, juga artikel tentang parenting.

Cari saja bahasan yang tidak dibatasi even atau trend.


2. Apa perbedaan artikel jurnalistik dan artikel ilmiah?

Jawab:
Perbedaan artikel jurnalistik dan ilmiah lebih pada penyajiannya Kak.

Jurnalistik bisa menggunakan sampai 80% data dalam artikelnya. Tujuannya, info tersampaikan kepada pembaca.

Artikel ilmiah biasanya menggunakan 100% data. Beda juga ada di penyajian terlebih dalam bahasa.


3. Apakah gaya bahasa yang digunakan dalam artikel di media massa sama dengan gaya bahasa dalam karya ilmiah?

Jawab:
Mirip-mirip Kak.

Media massa menggunakan bahasa umum masyarakat. Yang lebih dipahami khalayak ramai.

Sedang karya ilmiah lebih ke penyajian data dengan cara tertentu.


- Artikel di media massa bisa memakai ketiganya. Hanya lebih sering pada pembukaan kutipan.

Sebaiknya kita perhatikan gaya bahasa media massa yang kita kirimi naskah. Gaya bahasa Kompas tentu berbeda dengan Rakyat Merdeka, berbeda dengan Lampu Hijau, dsb.

Untuk menulis tentang tema tersebut, saya lebih cenderung pada data (wow) di awal, persuasif di penyampaian.


4. Tips menulis artikel untuk tema sensitif seperti agama, kebijakan pemerintah, politik, dll.

Jawab:
Jika isinya bukan untuk provokasi, tentu melihat dari banyak sisi lebih baik.

Tapi untuk sebuah pembukaan, kita bisa menyajikan sebuah pendapat kontroversial untuk kemudian kita bantah/dukung dengan penyajian sistematis.



5. Tips untuk menulis artikel yang bisa tembus media massa.

Jawab:
Untuk tembus media massa kita harus tahu bidang, gaya bahasa, dan artikel yang dibutuhkan media tersebut.

Perhatikan dan ikuti arusnya dengan prinsip kita. Perhatikan juga teknik penulisan agar editor tidak mati berdiri saat mengedit.

Banyak artikel bagus yang ditolak hanya karena gaya bahasa tak sesuai atau tema yang diangkat berseberangan dengan media tersebut.



6. Tips menulis artikel untuk web.

Jawab:
Misal kita menulis tentang tema anak. Kita riset dulu kata kunci yang berkaitan dengan anak. Bisa masuk ke ubbersuggest atau google keyword planner.

Inti prosesnya, kita letakkan kata kunci yang sering dicari berkaitan bahasa kita dalam artikel.

Jika ada gambar, ubah nama gambar dengan maksimal 20 kata kunci dipash dengan koma.
_____________


Yap! Itu dia materi menulis artikel dari Mas Rianto yang diadakan pada 2 Pebruari 2020 lalu. Mas Rianto adalah penulis buku "Negeri Tanpa Ayah" yang diterbitkan Penerbit Laksana.

Mas Rianto bisa dihubungi melalui akun media sosial:

FB : Rianto
IG : @rianto_001
Twitter : @cobain_dulu_aja

Jadi nggak sembarangan juga ya sebuah tulisan itu disebut artikel atau bukan. Harus ada ide yang cemerlang, pembukaan yang nendang, data yang sesuai porsinya, juga kesimpulan yang bisa memberikan 'sesuatu' pada pembaca.

Nah, kira-kira tulisan-tulisan saya di blog ini sudah sesuai dengan kaidah kepenulisan artikel apa belum ya? Menurut saya sih sudah sesuai. Cuma, memang gaya bahasanya saja yang muehehe begini. Tapi toh isinya materi semua kan kan kan? Itu kan data juga. Iya nggak? Iya dong. Maksa dikit lah. Hehe ....****


Blog tentang kecantikan, make up, fesyen, mode, dan budaya

25 komentar:

  1. setuju sekali mba, saat ini jg di blog ku selalu membuat sistem dan data data pendukung di artikelnya. biar lbh enak dibaca juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya masih harus banyak belajar lagi soal ini.

      Hapus
  2. Wah trims udah berbagi mba. Saya fokus pada openingnya... mantap bener ketiga contohnya. Smg bisa saya terapkan pada blog saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal yang bermutu isinya lho. Openingnya mah recehan doang :)

      Hapus
  3. Wah, asik udah diringkasin. Bacanya jadi enak dan informatif banget, Mak. Makasih yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Antisipasi kalau yang di grup lupa dibintangi dan kehapus materinya mak

      Hapus
  4. Nahhh bener banget sih, kadang untuk menulis artikel juga tidak sembarangan. Apalagi yang berhubungan dengan data data penting untuk kelengkapan artikeel, saya sering banget melakukan itu agar artikel yang saya buat dapat dipertanggungjawabkan dan sumbernya resmi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus bener bener diperhatikan soal data ini ya, agar lebih bisa dipertanggungjawabkan.

      Hapus
  5. Mbak Lasmi ini lengkap bgt paduan nya dan ini bikin aku ga jelimet bacanya Krn bahasanya bisa aku mengerti, thanks mbak aku jd bisa belajar lagi nih ttg penulisan

    BalasHapus
  6. Tidak semua jenis tulisan berarti artikel, tak juga disebut sebagai feature, apalagi cerpen. Jadinya kudu tahu dulu ya apa yang mau ditulis

    BalasHapus
  7. Kl di buat rumit jd rumit ya hehe
    Aku ga sanggup kayaknya
    Aku nulis jalan jalan dan makan makan yg aku jalanani aja susah nya iya, malasnya iya hehe
    Tq sharingnya

    BalasHapus
  8. Data... data... data... itu yang saya pentingkan, Mbak Kadang seperti kecanduan data, sampai ga tidur pun. Setelah itu saya bikin interpretasi yang beda agar orang kecanduan baca.
    Tapi kalau sedang fokus... Kadang tulisan saya jug asal banget

    BalasHapus
  9. OPening yang ciamik, itu kekuatan penulisan menurut saya.

    BalasHapus
  10. Keren banget materinya, menyederhanakan yang biasa bikin ruwet dan terprovokasi untuk menulis.
    Dan seperti kata ustaz Aam, ilmu harus ditangkap dan disebarkan, supaya saya ikut dapat ilmunya. Terimakasih ya

    BalasHapus
  11. Makasih ya Mbk atas sharingnya, aku belum jago nulis artikel karena diksinya agak berat bagiku untuk media cetak. Belajar dengan suami belum juga bisa haha...

    BalasHapus
  12. Aku juga suka ikutan kelas menulis, buat tambah pengetahuan dan brainstorming.
    Terima kasih sudah sharing materinya, izin jadi bahan belajar ya.

    BalasHapus
  13. Aku langsung tulis di karton manila IDOAKnya dan tempel di keyboard laptop, muahahaha!

    Semacam mantra gitu lah.

    Mba,
    Kamu keren cara menyampaikannya, kayaknya, sesuai IDOAK ne :)
    Aku suka, aku suka!

    Thank you for sharing, dear!

    BalasHapus
  14. Kalo ngeblog mah nulisnya mmg santai tp kalo mau jd oenulis baiknya memang memoerhatiian kaidah oenulisan

    BalasHapus
  15. Terimakasih ilmunya mba, aku follow juga blognya. Aku sebatas ini, masih nulis aja dan belum memahami banyak tentang kepenulisan. Semoga dengan rutin menulis dan belajar dari temen-temen tulisan di blogku juga makin bagus

    BalasHapus
  16. Duh mba pingin kuskrinsut semua. Tapi karena takut kehabisan memori yadah ijin simpan link-nya ya. Kebetulan aku penulis artikel cuma masih level mueheheee.. thkyu mba thkyuuuu

    BalasHapus
  17. wah makasih sharingnya, aku nulis mengalir aja, ingin juga jadi penulis profesional

    BalasHapus
  18. aku dapat ilmu baru lagi nih tentang tulis menulis. JAdi lebih paham lagi. makasih ilmunya mbak. kalau aku ada kerangka juga tapi kadang asal mengalir gitu

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.