20 Februari 2020

Lamaran 40 Mobil dan Pernikahan 4 Hari

Tags

pernikahan kilat

"Ibarat membangun sebuah rumah, pernikahan lebih sering tentang dua orang yang membawa puing-puing masa lalunya masing-masing.

Jangan membayangkan dua orang ini membawa seluruh material baru yang mereka siapkan sedemikian rupa, yang mereka beli dari toko-toko bangunan mewah, agar rumah mereka kelak menjadi indah dan sempurna. Sebab, seperti dalam kebanyakan kasus, dalam sebuah proyek pernikahan, yang akan mereka pertukarkan satu sama lain adalah apa-apa yang sudah ada dan melekat pada sejarah hidup mereka sendiri. Dan sejarah adalah tentang masa lalu: bisa berupa monumen kemenangan yang mungkin usang, atau reruntuhan-reruntuhan kekalahan."

Kutipan resensi buku "Cerita Sebelum Bercerai" karya Fahd Pahdepie yang saya baca dari blog mbak Sinta Legian dua hari lalu ini, langsung terasa mak jleb di hati saya. Fahd Pahdepie sudah menjadi salah satu penulis favorit yang memiliki gaya bahasa yang khas dan mengalir. Tutur bahasanya terasa ringan meski membahas hal berat seperti perceraian.

Kenapa ya, ini opening-nya terasa seram. Belum apa-apa sudah membahas perceraian. Padahal saya ingin menulis tentang kebahagiaan rumah tangga, lho! Hasil saya menjadi bagian dari pernikahan pengantin cantik saya seharian ini. Lol.


Menjadi Bagian dari Gerbang Rumah Tangga


Tema pernikahan dan rumah tangga selalu menarik bagi saya. Alasannya karena salah satu pekerjaan saya adalah perias pengantin. Tak terhitung berapa kali menjadi bagian dari penyelenggaraan prosesi pernikahan, sekian kali itu pula saya merasakan getaran yang sama. Getar keharuan saat dua orang mempelai menyatukan diri dalam sebuah ikatan sakral rumah tangga.

Pun dengan hari ini. Saya kembali menyaksikan dua mempelai memasuki gerbang rumah tangga. Kali ini, Kamis 20 Pebruari 2020, saya mendapat kepercayaan menjadi perias pada pernikahan Mbak Umi Maesaroh dan Mas Ahmad Darokutni. Rumah mempelai putri berada di Dusun Kalibengang Desa Cikadu, Watukumpul, Pemalang. Sedangkan mempelai putra berasal dari Banjarnegara.


Cinta Lokasi


Mbak Umi dan Mas Ahmad ternyata bertemu di pondok pesantren yang sama tempat mereka menuntut ilmu selama hampir delapan tahun. Mas Ahmad adalah lurah pondok putra, sedangkan Mbak Umi sudah dianggap keluarga Ndalem Pak Yai dan Bu Nyai pengasuh pondok. Bisa dibilang, mereka ini terkena sindrom cinta lokasi ya. Mirip saya sama Mas Jo dong, hanya beda waktu dan lokasi saja. Hehe....


Lamaran 40 Mobil


Namanya lurah pondok, sudah pasti dihormati seluruh warga pondok, dong. Terlebih pengantin putrinya yang sudah dianggap keluarga Ndalem (sebutan bagi keluarga pengasuh pondok pesantren). Bersamaan dengan rombongan lamaran dari keluarga mempelai putra, Pak Yai dan Bu Nyai datang bersama serombongan besar santri putra dan putri untuk menjadi wakil wali yang menikahkan kedua santri kesayangan beliau. Semua yang hadir hari ini memberikan doa terbaik bagi kedua mempelai.

Kabarnya, mobil yang digunakan rombongan Pak Yai ini sejumlah 40 mobil. Jika rata-rata satu mobil berisi sepuluh orang, maka rombongan lamaran mencapai 400 orang! Ckckck!

Pantas saja, kata Mas Jo, sepanjang tepi jalan menuju rumah mempelai putri berderet mobil terparkir hingga puluhan meter. Saya sih di dalam saja, tak melihat sendiri sebanyak apa rombongan yang datang. Namun, saya tahu beberapa rumah sebelah kanan, kiri, dan depan rumah Mbak Umi juga disiapkan untuk menerima tamu, karena tak semua yang hadir bisa tertampung di dalam tenda yang tak begitu besar.


Pakai Sarung


Salah satu hal unik dalam acara pernikahan hari ini adalah Mas Ahmad yang santri tulen plus lurah pondok pula, tak mau mengenakan celana. Jadi, sepanjang acara mempelai putra ini mengenakan sarung yang ia kenakan dari rumah. Dua kali ganti kostum, Mas Ahmad hanya mau mengganti kemeja dan jasnya saja, tentu dengan warna yang senada dengan gaun yang dikenakan pengantin putri. Haha!


Fotografernya Mati Gaya


Mas Muzan, fotografer saya hari ini beberapa kali tampak kesulitan mengarahkan gaya pada sesi pemotretan. Penyebabnya tak lain karena sikap malu-malu dari kedua mempelai. Tentu saja mereka masih malu-malu, bertemu saja jarang. Sungguh berbeda dengan muda-mudi yang gaya pacarannya sudah bebas lendat-lendot tanpa risih. Hehe....

Boro-boro mereka mau diarahkan saling peluk, senyum saja masih malu. Kalau malu-malu berdempetan dengan lawan jenis ya tak apa-apa. Tapi ini kan sudah sah. Mbok ya lepaskan saja. Biar hasil fotonya bagus, gitu lho! Kasihan fotografernya kan jadi mati gaya kalau posenya maunya berdiri standar terus.


Lain di Sini Lain Pula di Sebelah


Saya sering mendapat job rias di Dusun Kalibengang ini. Biasanya saya menanyakan kabar orang-orang yang pernah saya rias sebelumnya jika kebetulan lokasi berdekatan alias bertetangga. Nah, di pernikahan Mbak Umi dan Mas Ahmad hari ini, saya mendapat kabar jika pernikahan salah satu pengantin saya beberapa waktu lalu, yang masih bertetangga dengan Mba Umi, hanya bertahan empat hari.

Menikah empat hari!

Coba bayangkan. Pernikahan 12 hari saja viral di Twitter, ini ada yang menikah hanya empat hari, coba.

Terlepas dari apapun alasan mereka mengakhiri pernikahan hanya dalam hitungan empat hari, saya cukup sedih mendengar kabar ini. Orang tua sudah mengeluarkan banyak sekali biaya untuk menyelenggarakan pesta pernikahan, tapi ternyata kemudian berpisah empat hari berikutnya, siapa yang tak sedih?

Maka benarlah kutipan isi buku Fahd Pahdepie di awal saya membuka tulisan ini. Pernikahan (rumah tangga) memang dibangun dari puing-puing masa lalu dua orang. Jika puing-puing itu rapuh, runtuhlah rumah tangga. Jika puing-puing itu bisa diperkuat dengan komitmen dan kerja keras membangun keluarga yang saling memberi kebahagiaan, maka akan kuatlah rumah tangga itu.

Semoga pernikahan Mbak Umi dan Mas Ahmad langgeng, sakinah mawaddah warahmah, diberi keturunan sholeh sholekhah. Aamiin.

"Pernikahan memang tak pernah menjadi sesuatu yang mudah dan biasa-biasa saja."

Nah, akhirnya nyambung juga ending dan opening-nya, ya kan?

Kalian, ada pengalaman tentang pernikahan orang-orang tersayang yang bisa dibagikan di kolom komentar kah? Saya tunggu ya.***

Blog tentang kecantikan, make up, fesyen, mode, dan budaya

33 komentar:

  1. itu yang nikkah 4 hari.. nikah apa UN mbak.. wkwkwkw

    BalasHapus
  2. Insha Allah saya juga akan segera menikah. Bisa dikatakan banyak halangan dan c9baan yg datang semakin mendekati hari H. Tapi saya berharap semoga Allah melancarkan niat baik saya dan keluarga. Terimakasih untuk artikel ini. Seperti menguatkan hati saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahhh masyaAllah TabarokAllah, semogaaaa semua lancaarr ya kak Tarii.

      Dunia pernikahan memang amazing!

      Hapus
    2. Insya Alloh.
      Aamiin.
      Semoga lancar pernikahannya, jadi rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah.

      Hapus
  3. Ngga salah ngitungnya?
    40 mobil. Jika rata-rata satu mobil berisi sepuluh orang, maka rombongan lamaran mencapai 400 orang!
    Karena tergantung jenis nya. Rata rata 5 orang kalo full
    Halah malah bahas Mobil 😁😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Macem2 sih, mini bus, malah muat banyak.
      Apalagi di kampung, mobil maksimal isi 8, bisa diisi sampai 12 orang.

      Lah, dibahas lagi.

      Hapus
  4. Saya mau bagi pengalaman nikah sendiri aja ah, biar jatuhnya pas banget, soalnya saya alami sendiri hahaha.
    Pengalaman saya? rempong!
    pernikahan beda pulau soalnya.
    Makanya kalau mau menyerah jadi ingat betapa rempongnya nikah dulu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh pantesan mbak Rey tetap mempertahankan pernikahan, karena rempong ya mbak nikah beda pulau, apalagi beda negara atau beda planet.😂

      Hapus
    2. Yang rempong yang berkesan ya mbak Rey.

      Mas Agus nih, nikah beda alam ya, haha.

      Hapus
    3. Nikah beda alam itu kayak apa, kayak Hani dan Dahlan kali ya.😱

      Hapus
  5. Ahaha.. saya sempat nderedeg baca openingnya mba, ini mau bahas apaan ya, koq belum2 sudah tentang perceraian..
    Btw, saya turut mendoakan pernikahan mas Ahmad dan mb Umi langgeng, sakinah mawaddah wa rahmah.. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin mbak.
      Ada pernikahan dan ada perceraian. Hmm

      Hapus
  6. Semoga pernikahan Mas Ahmad dan Mbak Umik ini langgeng ya. Jadi ingat saya waktu nikah sama suami juga masih malu2 karena baru bertemu ke-3xnya pas hari H itu, hehe. Btw sayang juga ya kalau pernikahan hanya berlangsung 4 hari, apalagi menikah itu nggak mudah dan nggak murah. So menurut saya sebelum memutuskan menikah, pondasinya dulu yang perlu diperkuat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak.
      Saya tak bertanya lebih jauh penyebab perpisahannya sih, dan bukan hak saya juga. Apapun itu alasannya, semoga itu yang terbaik. Cuma sedih aja dengernya.

      Hapus
  7. Pernikahan (rumah tangga) memang dibangun dari puing-puing masa lalu dua orang.

    Saya suka part imi.
    4 hari yaaa luwar byasaa hehe

    BalasHapus
  8. Waaah, nikahannya megah banget ya. Jadi keingetan nikahan saya 19 tahun yang lalu. Sederhana bangeeet. Alhamdulillah lancar. Saya sih, nikahan orang lain seperti apa pun tak banyak komentar. Yang penting uangnya milik sendiri. Gak mesti ngutang yang akhirnya ngeberatin. Semoga pernikahannya samawa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Alloh. Sudah 19 tahun. Salim. Harus banyak belajar dari mbanya nih seni rumah tangga.

      Hapus
  9. Yang menikah cuma 4 hari jelas sesih banget ortunya juga ya, mereka keluar bnayak biaya pastinya. Apalagi sampe sewa MUA ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komplit mbak nikahannya. Bukan cuma MUA, tapi juga resepsi mengundang semua teman-teman dan para tetangga seperti pada umumnya. Pasti sedih, tapi mau gimana lagi ya, itu pilihan mereka. Mereka yang menjalani, mungkin itu yang terpikir.

      Hapus
  10. Kirain yang menikah cuma empat hari itu anak pak lurah mas Ahmad dan mbak Umi, ternyata cuma tetangganya ya, syukurlah bukan mereka.

    Memang sayang juga ya, orang tua sudah susah payah mengeluarkan biaya dan juga tenaga tapi cuma bertahan empat hari.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mudah2an itu jalan terbaik, apapun alasannya.

      Hapus
  11. hemm saya jadi flashback kenikahan saya 7th yang lalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pernikahan memang selalu berkesan dan spesial ya mas

      Hapus
  12. huhuhu, aku punya sahabat yg menikah cm sekitar 3 bulan aja sedih bgt, apalagi ini ada yang cuma 4 hari :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin itu jalan yang terbaik mbak Ella, apapun alasannya.

      Hapus
    2. Bener mba Ella.
      Sedih dengarnya. Apalagi saya terlibat langsung dengan penyelenggaraan acaranya.

      Betul mas Agus.
      Semoga itu yang terbaik. Daripada dipaksakan ya :(

      Hapus
  13. 40 mobil dan berisi 400 orang utk lamaran :) amazing banget hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum motornya, nggga dihitung.
      Ini rombongan lamaran lho, bukan undangan yang mau kondangan :>

      Hapus
  14. Pernikahan syah sebenarnya sederhana cuma terkadang 2 keluarga yang berbeda ingin lebih dan lebih..

    BalasHapus
  15. Busyet... 4 hari.
    Itu nikah percobaan atau gimana?

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.