08 November 2019

Terbang Pun Ada Syaratnya Di Bukit Gantole Paralayang Bogor

"Aku ingin terbang tinggi, seperti elang
melewati siang malam, menembus awan..."

Ada yang familiar dengan penggalan lirik lagu Dewa ini kah? Jika iya, berarti kita satu angkatan. Haha!

Yup! Angkatan 90-an yang selalu punya kebanggaan tersendiri dengan segala kekayaan pengalaman masa kecil yang indah dan penuh kenangan.

Sebenarnya saya tak akan membahas umur atau generasi 90-an. Saya hanya ingin bercerita tentang terbang.
Yess! Terbang.
Di tempat ini, kamu bisa terbang seperti elang! Jadi lirik lagu Dewa ini bukan omong kosong, kan? Meski terbang di sini, harus menggunakan paralayang.

Masih dalam rangkain perjalanan saya dan keluarga menuju villa di Puncak, Bogor, kami mampir ke Bukit Gantole, Puncak Bogor. Lokasi Bukit Gantole ini tak jauh dari Masjid At-Ta'awun sekitar 500 meter.
Alamat Bukit Gantole terletak di Jalan Raya Puncak Bogor km. 87, Gunung Mas, Bukit Gantole. Kami mampir dalam perjalanan berangkat setelah sebelumnya mampir pula di Cimory Riverside.

Jalan menuju Bukit Gantole ini sendiri mudah diakses. Dari arah Jakarta melalui tol Jagorawi, keluar dari exit tol Ciawi yang langsung menuju puncak. Saat masuk, kami dikenakan tiket masuk Rp 13.000,- per orang yang sudah termasuk asuransi.

Dari pintu masuk, kami masih harus meneruskan perjalanan naik ke atas bukit. Karena kami datang saat liburan akhir tahun, tempat parkir yang sebenarnya cukup luas, tidak mampu menampung semua kendaraan pengunjung.  Kami harus parkir di tepi jalan, agak jauh dari lokasi paralayang.
Di dekat mobil kami terparkir, terhampar pemandangan kebun teh seluas mata memandang ke bawah bukit. Di bagian atas kebun teh, banyak pepohonan yang disulap sedemikian rupa menjadi tempat berfoto. Spot-spot cantik dengan aneka macam bentuk semacam gasibu atau sejenisnya, banyak diminati muda mudi yang hendak menuju Bukit Gantole maupun yang sudah hendak pulang. Ornamen-ornamen seperti payung warna-warni, juga banyak ditambahkan untuk menambah cantik tempat ini.

Kami tidak mampir ke tempat ini, karena tujuan kami memang naik ke atas bukit paralayang. Lokasi puncak bukit paralayang sendiri tidak bisa dilewati kendaraan bermotor dan memang harus berjalan kaki. Tapi tenang, jika haus ataupun butuh asupan kalori, tak perlu khawatir. Banyak penjual makanan dan minuman di sepanjang jalan menuju puncak bukit. 

Selain penjual makanan dan minuman, banyak pula penjual pakaian, kaos, jaket, syal, topi, serta pernak-pernik yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Mas Jo yang kedinginan pun membeli penutup kepala dan telinga di lapak penjual topi.

terbang dengan paralayang di bukit gantole, bogor
terbang dengan paralayang

Sesampainya di puncak Bukit Gantole, udara memang terasa lebih dingin. Udara berhembus segar. Matahari siang yang terik tak kami rasakan karena hembusan angin yang sejuk.

Di tempat ini, banyak pengunjung yang tertarik mencoba terbang dengan paralayang atau paragliding. Tarif untuk terbang paralayang di Bukit Gantole ini sebesar Rp 350.000,- bagi wisatawan lokal, dan Rp 400.000,- bagi wisatawan asing. Tarif tersebut sudah termasuk perlengkapan penerbangan sekaligus juga transportasi dari lokasi pendaratan (landing) menuju kembali ke lokasi penerbangan.

Tak perlu khawatir dengan keselamatan saat terbang. Di sini, pengunjung akan didampingi oleh instruktur yang terlatih dan berpengalaman dalam kegiatan paralayang.

Sebelum mulai terbang, Tim Paralayang Puncak Bogor yang berada di bawah Federasi Aero Sport Indonesia (ASI) ini akan mengukur kecepatan angin menggunakan alat ukur kecepatan yang canggih.  Paralayang bisa dilakukan jika tidak hujan dengan kecepatan angin maksimal 20 km/jam.

Nah, syarat-syarat untuk bisa terbang adalah:
  1. sehat jasmani dan rohani
  2. tidak mengidap epilepsi
  3. tidak memiliki riwayat penyakit jantung
  4. berat badan 20 kg sampai 85 kg
  5. bagi yang berusia kurang dari 18 tahun, wajib mendapat izin orang tua

Karena paralayang termasuk olah raga ekstrim, jika ingin terbang solo tentu harus memiliki lisensi atau tersertifikasi. Jika belum memiliki lisensi, pengunjung tetap bisa melakukan tandem flight yang didampingi pilot tersertifikasi. Kabarnya, untuk bisa memiliki lisensi kita bisa mendaftar di sini dengan biaya sebesar Rp 7.500.000,-. Kalau sudah mahir dan terlatih, baru bisa terbang solo.

Saya dan keluarga harus puas melihat-lihat pemandangan saja karena takut ketinggian. Melihat mereka yang sedang menyiapkan dan memakai perlengkapan penerbangan saja sudah sangat mengasyikkan. Belum lagi melihat proses melakukan ancang-ancang. Mereka berlari di landasan dengan menyeret paralayang dengan berat yang katanya hampir 15 kg, lalu berjuang agar bisa terkembang dan ... terbang!

Ada yang langsung berhasil terbang. Ada pula yang harus mencoba beberapa kali dengan bantuan tim instruktur. Saat sudah berhasil terbang, tak sedikit yang menjerit-jerit dari atas sana. Mungkin saking excited-nya, atau senang, atau takut, atau ... entahlah, saya tak merasakan sendiri. Alih-alih melihat paralayang, saya sudah bahagia melihat emak dan bapak yang sehat wal afiyat mendampingi kami. Melihat mereka masih bisa tersenyum hingga hari ini saja rasa senangnya sudah membuat saya terbang!

piknik bersama keluarga di bukit gantole paralayang
melihat senyum beliau berdua rasanya hati saya sudah terbang

keluarga di bukit gantole paralayang bogor
sehat mendampingi anak cucu berlibur

Setelah mengambil beberapa foto, kami pun melanjutkan perjalanan menuju tujuan. Oh ya, selain paralayang, di sini ada pula flying fox dari atas bukit menuju ke bawah dekat area parkir. Pemandunya pun sudah tersertifikasi dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang tak perlu diragukan lagi. Sensasinya tak jauh beda dengan terbang paralayang juga kan?

Kalian adakah yang pernah mencoba sendiri terbang dengan paralayang? Bagaimana rasanya, boleh lah berbagi sedikit di kolom komentar ya.***

landasan paralayang di bukit gantole bogor
tak berani mendekat landasan terbang paralayang, cukup puas selfi dari jauh

pemandangan cantik di bukit gantole paralayang bogor
dak besi ini sebenarnya berada di atas pohon-pohon besar

piknik di bukit gantole paralayang bogor
terbang ala kami


Blog tentang kecantikan, make up, fesyen, mode, dan budaya

27 komentar:

  1. kayaknya ini tempat yang biasa dipakai kejuaraan paralayang internasional bukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul.
      Selain di Bogor, ada juga yang di Sumedang.

      Hapus
  2. DAri kalimat pembuka lagu Elang dah ketahuan nih angkatan berapa hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ssstt...
      Pura-pura tau aja itu lagu siapa, belum lahir saya padahal. Hehe...

      Hapus
  3. Wahh,dari dulu mau naik gantole ga kesampaian. Tapi kayaknya kalau sekarang takutttttt haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata orang tua, ketakutan itu akan datang lebih besar setelah menikah dan menjadi tanda separuh cinta pada keluarga. Ehehe

      Hapus
  4. Seru banget ya kalau bisa ikut paralayang gitu. Membayangkan menikmati keindahan pemandangan dari atas pasti menyenangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Sayang saya lumayan takut ketinggian dan belum berani coba.

      Hapus
  5. Hwaaaa, Paralayaaangg!
    Di Jawa Timur juga ada, persisnya daerah Batu, Malang.
    Aku puingiiin coba terbang tandem, tapi ngeri ngeri sedap yhaaa :)))

    BalasHapus
  6. Hihihi saya ga bisa naik karena mengidap epilepsy
    Ntarlah bareng anak anak 😁😁

    BalasHapus
  7. Sering banget kalau lihat ada paralayang gini jadi kepengen, cuma daku berani gak ya terbang begitu, hihi, pemandangan yang dilihat langsung pasti cakep banget ya

    BalasHapus
  8. Jadi ingat drakor yang baru itu ya Mba hihihi.
    Btw, saya juga pernah ke tempat paralayang gini di Batu, pergi doang sih, nggak mau naik, selain mihil, pun juga saat itu saya sedang hamil 9 bulan, kalau melahirkan di atas kan nggak lucu hahahaha.

    Tapi harganya sama deh, kalau nggak salah di Batu juga segitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, drakor yang mana nih?
      Saya belum tau.

      Lumayan sih tarifnya, tapi sebanding dengan pengalamannya ya mbak.

      Hapus
  9. Efek gak suka dengerin musik, aku gak kenal lagu di pembukanya. Wakakak, jadul yak akuh 😁😁

    BalasHapus
  10. Mbak saya bakalan nonton aja deh..saya takut ketinggian yang langsung lihat ke bawah begini hihihi. Tapi bagus ya, kalau dari ats pasti pemnadangan cantik banget tuh. Sepadan dengan harganya

    BalasHapus
  11. yay berat badan saya memenuhi kriteria. tapi saya gak mau coba, takut. wkwkw merinding duluan sampai atas bukit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya saya berani keknya, tapi takut ketagihan, jauh gitu tempatnya dari kampung saya.

      Hapus
  12. Kalau aku, ke tempat wisata paralayang ini saja nggak bakal berani, naik lift saja ku suka deg-degan :)
    Suka salut dengan orang apalagi perempuan yang suka olahraga ekstrim.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Takut ketinggian ya mbak. Mungkin bisa ke sana dan memotret objek2 menarik dari pinggiran landasan seperti saya.

      Hapus
  13. Ini salah satu impianku deh. Bisa naik gantole. Seru kayaknya bisa terbang bebas di langit. Tapinya aku takut juga. Kayaknya, untuk yang pertama, aku kepengen tandem deh. :D

    BalasHapus
  14. Berada di atas dak besi yang ada di atas pohon-pohon besar, rasanya juga seperti terbang, ya Mbak Lasmi? Apalagi melihat senyum bahagia kedua orang tua, ya. Semoga mereka berdua sehat selalu, ya Mbak.

    BalasHapus
  15. Tarifnya lumayan mahal juga ya dan kalau saya diajakin terbang pake paralayang ini masih mikir2 jugam keliatannya sih seru tapi takutnya itu lho. Naik pesawat saja saya masih suka was2, hehe

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.