13 Desember 2019

7 Fakta Unik Klub Motor Trail Off Road: Tak Sekedar Hura-hura

Tags

Belakangan mood saya lagi lumayan kacau karena beberapa hal, di antaranya karena faktor kesehatan yang berpengaruh pada menurunnya produktifitas kerja. Meski sudah terbiasa bekerja dengan ritme tak beraturan, kadang cepat, kadang lambat, kadang leha-leha saja seharian, hehe, otak saya tak pernah benar-benar lepas dari pekerjaan. Ada saja yang harus dipikirkan meski dalam keadaan sakit.

Nah, enaknya kerja di rumah, kita benar-benar fleksibel dalam memenej waktu kerja. Saking fleksibelnya, sampai keenakan, lupa kalau semua pekerjaan ada batas waktunya alias deadline. Tapi karena badan belum sehat benar, saya sedikit bersantai memanjakan diri untuk menekuni hobi menulis. 

Namanya juga hobi, meski tak dibayar, senang saja melakukannya. Kadang kuota habis hanya untuk menyalurkan hasrat menulis. Hobi memang butuh biaya juga, sih. Tapi tak apa. Timbang kuota doang, habis ya beli lagi. Itung-itung jadi jalan rizki untuk penjual pulsa dan kuota. Daripada otak stress, ya kan, ke psikiater bisa menghabiskan uang lebih banyak lagi lho.

Omong-omong soal membiayai hobi, teman saya, Mas Triyan, sering disebut-sebut hobinya buang-buang duit. Gimana nggak. Untuk sekedar kesenangan dari hobi saja, butuh duit puluhan hingga ratusan juta!

Apa sih hobinya?
Ngetrail. Motor cross atawa Off Road. Sejujurnya saya tak tahu persis apa perbedaan dari sebutan-sebutan itu. Tapi iya, motor trail yang dilempa-lempar ke lumpur atau tanjakan ekstrim itu ternyata harganya bisa mencapai 200 juta rupiah! Ck ck ck! Itu kan ya sama dengan harga mobil, tho yo?

Mereka yang memiliki hobi dan kesenangan yang sama, biasanya akan berkumpul dengan sesama penghobi motor trail. Mereka membentuk komunitas atau klub yang mewadahi semua aktifitas motor trail agar lebih terkoordinir. Komunitas itu bernama BANALAS atau BANowati Anak Lanang senAng trabaS.

Waktu saya ngobrol sama Mas Triyan, ternyata ada beberapa fakta tentang motor trail yang baru saya tahu.

motor trail off road
siap tempur

 

 

Fakta 1: Cikal Bakal TRABAS


Dulu, awalnya, mandor-mandor perhutani memodifikasi motor mereka agar kuat, bisa keluar masuk hutan dan medan-medan sulit. Banyak tanjakan curam yang tidak bisa dilalui menggunakan motor biasa. Jika berkumpul, para mandor itu saling menceritakan medan sulit di wilayah hutan yang menjadi tanggung jawab mereka masing-masing. Mereka pun saling tertantang agar bisa menaklukkan tanjakan dan medan sulit tersebut bersama-sama.

Dari sinilah awal terbentuknya komunitas trabas atau motor trail. Di Pemalang sendiri, klub yang paling awal dibentuk adalah OPEC (Offroader PEmalang Community), sedangkan di Bodeh berdirilah SETAPAK. 

Di wilayah Watukumpul sendiri baru ada komunitas motor trail sekitar tahun 2011 bernama KOMBAT (KOMunitas Banowati Adventure Trail). Anggota komunitas-komunitas itu tak lagi terbatas kalangan perhutani dan mandor hutan saja. Namun, siapapun yang memiliki hobi motor trail bisa bergabung di dalamnya.

Istilah TRABAS sendiri diambil dari klub motor trail yang pertama dibentuk di Bandung yang merupakan singkatan dari Trail Adventure Bandung Association (TRABAS). Pada akhirnya sampai sekarang dijadikan istilah kegiatan semua jenis event adventure motor trail. Seperti merek Aqua yang dijadikan istilah untuk semua jenis minuman mineral kemasan.


Fakta 2: Di Balik Layar Event TRABAS


Tanggal 29 Juli 2016, terbentuk komunitas motor trail Klub BANALAS dan mengadakan event perdana di wilayah Watukumpul. Event perdana ini bertujuan untuk memperkenalkan jalur trabas yang ada di wilayah komunitas itu berada, kepada peserta event dari luar wilayah. Saat mengadakan event trabas, peserta yang datang untuk mengikuti berasal dari komunitas-komunitas dan klub-klub  motor trail seluruh Jawa Tengah, bahkan juga dari luar Jawa Tengah. Di sinilah kesempatan memperkenalkan potensi jalur lokal terbuka lebar.

banalas klub motor trail
BANALAS

 

 

Fakta 3: Tidak ada juara sebab TRABAS bukanlah lomba


Saya baru tahu, ternyata event motor trail itu bukan perlombaan, jadi tidak ada juara satu, dua, atau tiga dan seterusnya dalam event-event tersebut. Mereka semua hanya berkumpul dalam kekeluargaan, menaklukkan medan bersama-sama, dan menjalin silaturrahmi sesama peng-hobby motor trail.


Fakta 4: Harga motor dan perlengkapan safety-nya, WOW!


Motor-motor yang paling sering digunakan oleh peng-hobby motor trail tersebut adalah:
  1. Motor rakitan, yaitu motor (bisa dari merek apapun) yang dimodifikasi agar kuat melaju di medan tanjakan. Motor rakitan sering disebut juga motor odong-odong. Harganya sekitar 5 sampai 15 juta.
  2. Motor Pabrikan, yaitu motor yang memang diproduksi sebagai jenis motor trail. Mereknya antara lain: KLX dari Kawasaki, CRF dari Honda. Harga motor pabrikan sekitar 30 sampai 35 juta.
  3. BuitUp, yaitu motor trail pabrikan yang didatangkan dari luar negeri dan memiliki kapasitas mesin yang lebih besar. Antara lain merek KTM, YZ dari Yamaha, CRF dari Honda, RM dari Suzuki. Harganya 50 sampai 200 juta.

Selain motor, ada pula perlengkapan safety K3 pengendara. 
  1. Jersey Set (baju) harga mulai 650.000 ke atas
  2. Sepatu boot, harga mulai 500.000 sampai 15 juta (buset, sepatu boot 15 juta cuma buat main-main doang).
  3. Helm, standar keselamatan TECH harga sekitar 4 juta.

Itu belum termasuk pritilan-pritilan kelengkapan K3 lainnya berupa sarung tangan, pelindung siku, pelindung lutut, dll.


Fakta 5: Ya Njalur, Ya Sedekah


Nah, ini yang saya juga baru saja tahu. Jadi, event trabas yang diadakan komunitas-komunitas itu, selain event komersil, kebanyakan justru adalah event charity atau penggalangan dana yang disebut juga BAKSOS (Bakti Sosial).

Menurut Mas Triyan, dalam sekali event Baksos, para off roader itu mampu mengumpulkan uang hingga 90-an juta. Jika dikurangi biaya operasional dan lain-lain, masih terkumpul uang bersih sebesar 60-an juta. 

Uang itu berasal dari donasi sukarela, pembelian kaos, merchandise, pendaftaran peserta, hingga uang parkir dari seluruh peserta dan penonton yang mencapai ratusan bahkan ribuan sepeda motor yang datang. Uang yang terkumpul ini disumbangkan untuk pembangunan masjid, mushola, sekolah madrasah, TPA, dll. 

Diharapkan, event charity atau baksos seperti ini mampu menghapus paradigma dan pandangan masyarakat mengenai kegiatan off road / motor trail agar tak melulu urusan hura-hura dan kesenangan semata namun bernilai ibadah dan ada manfaatnya bagi anggota maupun masyarakat sekitar.


Fakta 6: Semua ada aturannya


Klub atau komunitas motor trail di Jawa Tengah sendiri ada 333 klub. Ada organisasi atau federasi yang menaungi seluruh klub ini bernama IOF (Indonesia Offroader Federation). IOF ini bertugas mengatur jadwal event dari satu klub dengan klub lainnya agar tidak bertabrakan atau berbarengan. 

Ada aturan resmi dari IOF jika sebuah klub motor trail akan mengadakan event. Pengaturan event ini berdasarkan jumlah peserta dan jarak tempat diadakannya event tersebut dengan klub lain. Mas Triyan sendiri adalah ketua STN (Silaturrahmi Trail Nusantara) yang menjadi jembatan komunikasi antar klub-klub motor trail seluruh Indonesia.

kegiatan klub motor trail
penuh kekeluargaan


Fakta 7: Sebutan bagi Offroader


Ada yang lucu untuk sebutan-sebutan bagi para off roaders ini berdasarkan kebiasaannya. Yaitu:
  • Mondol : yaitu sebutan untuk orang yang tidak kuat nanjak dan mudah tumbang di tengah jalan.
  • Mlipir : ialah sebutan untuk mereka yang cari aman, alias tak berani mencoba medan yang terlalu ekstrim, tapi tetap mengikuti event sampai akhir melalui jalur yang lebih mudah.
  • Petarung : yaitu off roader sejati, mampu menaklukkan setiap tantangan medan se-ekstrim apapun.
  • Artis : yaitu orang yang terlihat menonjol dan berpengaruh dalam sebuah klub. Biasanya ia yang paling aktif mengikuti berbagai event antar klub.

Nah, itu dia tujuh fakta unik klub motor trail offroad. Memang sebelum men-judge sesuatu, ada baiknya kita mencari tahu dan mengenal lebih dalam tentang hal tersebut. Bisa jadi di balik pandangan masyarakat umum, ada hal baik yang patut kita contoh. Yang sering dipandang negatif karena terkesan penuh hura-hura dan buang-buang duit, malah jadi ladang amal kebaikan. Betul tidak?

Ya, ngomongin hobi sih sudah pasti buang duit. Namun, seperti teman saya pernah bilang, hidup ini adalah ladang ibadah. Maka apapun yang dilakukan, harus dilihat dari kacamata kebaikan dan diambil kenikmatannya. Mungkin di balik kepayahan dan lelahnya menaklukkan medan jalur trabas itulah tersimpan kenikmatan yang membuat peng-hobi motor trail itu tetap mencintai hobinya meski kadang mengeluh tak punya uang. Hehe...***

medan ekstrim motor trail
makin ekstrim medannya, makin 'nikmat'


Blog tentang kecantikan, make up, fesyen, mode, dan budaya

52 komentar:

  1. Wah, saya baru tahu loh kalau menyalurkan hobi itu nyatanya membutuhkan banyak dana. Saya juga baru tahu, sebutan2 lucu dan aksi mereka yang ternyata tak sekedar menyalurkan hobi, tapi juga bermanfaat untuk sesama, saya turut mendukung kalo kayak gini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, hobinya jadi lebih bermanfaat untuk sesama, terutama masyarakat sekitar.

      Hapus
  2. Wah baru tahu kalo motor trail itu ada yang harganya sampai 200 juta, kalo saya mendingan beli mobil Avanza..😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama.
      Beli Xenia masih dapat kembalian gocap :D

      Hapus
    2. Gocap nya masih bisa buat beli perabotan rumah ya kak.😁

      Hapus
    3. Gocapnya buat bikin garasi masih sisa keknya. Haha... ini ngomongin duit siapa kali! Bangun atuh woy! Ngelamun aja nih kita :D

      Hapus
  3. Ini adalah komunitas bagi yang berduit
    Motornya saja, sudah ketahuan harganya. Belum lagi nanti dimodifiaksi, bisa ratusan juta habisnya. Ya, memang seperti itulah.
    Yang penting mlipir dan trabas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda sama saya, yang penting narsis. Soal kaya urusan belakangan. Hehe

      Hapus
  4. Seru kalau gabung dengan yang sehobi gini, hobinya kalau ikutan ginian serasa laki banget hihi

    Jadi tahu istilah2 perngetrackan gini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya yang ngga hobi aja ikut berasa seru kalo nonton.
      Btw, karena infrastruktur di daerah kami memang belum begitu bagus, itu motor trail sering juga dibawa ke mana-mana jika harus kerja di perkampungan di puncak bukit.
      Rada serem juga kalau dibonceng sih. Pegangan nggak boleh lepas.

      Hapus
  5. Ni yg di sebut hoby mahal. Tapi iyasih kl dah suka ya gmn, apalagi ke hal-hal positif. Kalau saya hobinya berkebun aja hehe

    BalasHapus
  6. Harga yang BuitUp mayan banget ya.. hobi trail emang mayan ya.. hehe

    BalasHapus
  7. Hemmm...

    Saya bersyukur, suami bukan pehobi seperti ini, hehehee.. Apapun kakau sudah hobi, walau mahal dan penuh tantangan, tetap dibela-belain ya mba..

    Tapi saya suka dengan komunitas yang kental kekeluargaannya. Punya keluarga di komunitas itu rasanya dimana2 punya 'rumah' untuk disinggahi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...
      Saya kalo diijinkan suami malah pengin ikutan. Seru.
      Tapi ya palingan nonton doang bolehnya :>

      Hapus
  8. Jadi ingat temanku di Kalimantan, nih. Dulu dia mengelola perusahaan tambang dengan lokasi di dalam hutan gitu. Jadi caranya supaya bisa keluar masuk lokasi dengan cepat ya dia modifikasi sepeda motornya deh menjadi motor trail.

    Keren ya, dari bahasan motor trail aja nih topik bisa meluas kemana-mana. Memang sih, jari dan mulut kita ini terlalu sering merespon dengan kecepatan super melebihi otak. Otak belum selesai memindai, eh jari dan mulut udah nyeplos duluan. Termasuk menghujat orang atau kelompok lain boros, suka foya-foya, nggak pernah sedekah, eh ternyata diam-diam sedekahnya malah maksimal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibarat tak kenal maka tak sayang. Kalau belum tahu dalem nya gimana sih emang sebaiknya tahan dulu komentar miring ke komunitas apapun ya. Siapa tau mereka justru punya misi mulia yang kita belum tahu.

      Hapus
  9. Aku ga bisa naik motor tapi kalu ngetrack offroad pake jeep demen 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ini seru lagi malahan!
      Ada juga kan ya klub jeep offroad

      Hapus
  10. Memang mba ya, kalau hobi rela kita mengorek kocek lebih dalam untuk bisa menyalurkan hobi tersebut. Apalagi hobi kayak kita, kadang bisa menjadi penghasilan pula.

    Btw, hobi motor trial tu bagus juga ya karena ada charity nya sehingga juga bermanfaat buat yang lain.

    BalasHapus
  11. Sisi lain dari para mondol, melipir, petarung dan artis yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya. Asyik nih baca artikelnya. Terimakasih ya...

    Btw bener nih saya bayangin harga sepatu but seharga sepeda motor. Ih kalau saya mending beli sepeda motor ya
    Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha...
      Lagi-lagi sesuai pangsa pasar.
      Artinya kita bukan pangsa pasar produsen sepatu but itu ^0^

      Hapus
  12. Om saya ini usianya sudah cukuplah...dia kelahiran 73 tapi ya gitu dia suka nge-trill. Tapi, sejalan dengan pekerjaan dia di PLN kalau ada gangguan di pelosok2 dia pakai motor trill-nya. Dan juga dia pecinta alam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti emang karena ada kebutuhan juga ya karena medan kerjanya yang pelosok dan mungkin terjal.
      Ditambah lagi hobi pecinta alam. Sudah deh klop.

      Hapus
  13. Seru banget yah kalau lihat orang sedang mengendarai Motor Trail, kayak laki banget yah.haha.

    Tapi lebih seru lagi kalau yang mengendarainya adalah wanita.Sebab terlihat Keren dan berani.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo laki-laki kan jadi makin laki banget. Kalo perempuan jadi makin keren dan berani, laki-laki ngga takut kalah macho tuh kang nata? Wkwk...

      Hapus
  14. kadang saya suka berpikir bisa jadi atlit motor trail haha, soalnya waktu kecil ayah sering mengajak saya menonton lomba motor trail atau motor cross

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha...
      Kalau saya dulu suka diajak mancing sama abang, sering ngebayangin juga dulu jadi pemancing di laut apa danau gitu trus teriak: strike! Lol.

      Hapus
  15. Wah, saya dulu juga pengen jadi anak motor. Tapi karena saya cewe, dan emak saya bawel banget. Ya nda jadi wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting ngga dipecat jadi anak mama ya mba. Hihi...

      Hapus
  16. Wow hobi nge-trail adalah hobi yang membutuhkan nyali gedhe. Eh duit gedhe juga sih hahaha... Keponakanku juga ada yang hobinya offroad bahkan sudah menjadi juara beberapa kali. Biayanya gedhe juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan nguras kantong ya mba, tapi kalo hobi ya gitu deh, meski harus keluar modal banyak, tetep ngga kapok.

      Hapus
  17. Pantesan rasanya familier banget dengan trabas, rupanya sering lihat di Bandung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyup! Betul, dari Bandung awalnya istilah trabas itu. Tapi sekarang digunakan untuk semua kegiatan terabas hutan atau ngetrail.

      Hapus
  18. Wuihh mantul, hoby mahal off road/motor trail ini mah 😍 apalagi sambil melakukan charity.. semoga makin sukses 🤗

    BalasHapus
  19. Hobi motor trail memang asyik tapi butuh uang besar dan nyali yang gede.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keknya emang buat yang bener2 hobi saja ini ya, yang udah ngga peduli atau itung2an soal duid lagi

      Hapus
  20. Ternyata g semua gank motor itu ugal ugalan ya..
    Ada juga yg berkumpul untuk melakukan kegiatan posistif

    BalasHapus
  21. Seru amatttttt acara motorannya hehehe... Suamiku pakai Kawasaki KLX nih buat ngantor tapi ga join klub hore motoran, padahal asyik kelihatannya kumpul ramai2 sesama penggila off road event yaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...
      Ikut klub nya dong mba nurul, biar makin seru :)

      Hapus
  22. Kalau sudah hobi ya. Mau ngabisin duit juga nggak apa-apa. Yang penting happy. Peralatan safety emang mahal ya. Demi melindungi tubuh dan nyawa. Harus beli yang kualitasnya paling bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul. Perlengkapan safety mahal, karena tubuh dan nyawa si pemakainya jauh lebih mahal :)

      Hapus
  23. Yang penting saat motoran baeng2 selalu memakai peralatan keamanan yang lengkap dan enggak merugikan masyarakat yang jalurnya dilewatin konvoinya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul.
      Sebenernya mereka membuat jalur sendiri lebih dulu di hutan, bukan di jalan atau pemukiman. Berangkat ke lokasi mereka menggunakan mobil, motor2 trail pun diangkut dengan mobil, bukan dikendarai secara konvoi.

      Hapus
  24. Aku tuh penasaran sebenarnya pingin cobain naik motor cross
    Sensasi nya pasti lebih memacu adrenalin, dan yg aku tau segala perintilannya cukup mahal memang

    BalasHapus
  25. Yampun cuma perlengkapannya aja mehong ya mbak hehehe hobi yang memicu adrenalin dan mahal ini ya mbak. Tapi seru pasti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru banget mbak.
      Iya perlengkapan mahal karena berhubungan dengan keamanan/safety juga.
      Kata temen saya: orangnya yang mahal, bukan perlengkapannya ^□^

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.